Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Semangat Saling Bantu KBA Solo: Bangkit dari Pandemi, Berjuang Demi Lestarikan Wayang Kulit

Kisah KBA Solo Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kabupaten Klaten bangkit dari pandemi Covid-19 dan kini memiliki misi melestarikan wayang kulit.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Semangat Saling Bantu KBA Solo: Bangkit dari Pandemi, Berjuang Demi Lestarikan Wayang Kulit
Kolase Tribunnews.com/Sri Juliati
Suasana di Pendopo Omah Wayang KBA Solo Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dukuh Butuh dinobatkan menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) dengan nama KBA Solo pada 11 Agustus 2018. 

"Biasanya kami, para perajin sudah memiliki relasi sendiri-sendiri untuk pemasaran wayang kulit," sambungnya.

Sisanya para pengusaha, kolektor seni, hingga masyarakat awam yang berasal dari sejumlah daerah di Indonesia.

"Bahkan saat serial Mahabharata diputar di TV dan booming, kami juga ikut kebanjiran pesanan. Kebanyakan memesan tokoh wayang Arjuna."

"Sementara hari-hari biasa, tokoh wayang yang sering dipesan umumnya Pandawa, Gatotkaca, dan Punakawan," ungkap Mamik.

Selain dari dalam negeri, konsumen dari luar negeri juga tercatat pernah memesan wayang kulit dari Dukuh Butuh.

Misalnya Jepang, Amerika Serikat, Maroko, hingga Swiss.

Jadi Kampung Berseri Astra

Gapura KBA Solo Dukuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
Gapura KBA Solo Dukuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Tribunnews.com/Sri Juliati)
Berita Rekomendasi

Luasnya pemasaran wayang kulit buatan warga Dukuh Butuh, diakui Mamik, tak terlepas dari dukungan PT Astra International Tbk.

Terlebih sejak Dukuh Butuh dinobatkan menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) dengan nama KBA Solo pada 11 Agustus 2018.

Dukuh yang dihuni 400 Kepala Keluarga (KK) ini mendapatkan pendampingan melalui empat pilar utama sebagai kontribusi sosial berkelanjutan dari Astra.

Satu di antaranya pilar Kewirausahaan.

Local Champion KBA Solo, Sunardi Baron mengatakan, pihak Astra memfasilitasi para perajin di Dukuh Butuh untuk mengikuti pelatihan tentang manajemen keuangan hingga pemasaran.

Dalam pelatihan tersebut, para perajin yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bima diajak untuk menata keuangan.

Sementara untuk pemasaran, mereka diajarkan cara memasarkan produk agar tidak hanya door to door.

"Di kelas itu, kami diajarkan bagaimana caranya untuk maju bersama."

"Kebanyakan dari kami kan gagap teknologi (gaptek), nggak tahu bagaimana cara menjual produk di media sosial."

"Nah, pihak Astra memfasilitasi dengan memberikan bimbingan melalui sejumlah pelatihan," ungkap sosok pria yang karib disapa Nardi ini.

Nardi menambahkan, anggota yang tergabung dalam KUBE tak hanya para perajin wayang kulit, tetapi juga perajin payet, bordir, hingga furnitur.

Dari pelatihan inilah, diakui Nardi, memiliki efek yang sangat besar pada penjualan produk wayang kulit Dukuh Butuh.

"Seringkali dari pihak Astra juga ikut menawarkan wayang kulit kepada relasi mereka," lanjut Nardi.

Sementara di bidang lingkungan, pihak Astra ikut mendampingi kegiatan bank sampah.

Konsep bank sampah di Dukuh Butuh, jelas Nardi, petugas akan mengumpulkan sampah plastik bekas hingga kantung semen dari warga.

Setiap sampah ini akan dihargai dan hasilnya dapat diambil atau ditabung seperti layaknya transaksi di bank.

Oleh petugas, sampah tersebut akan diolah menjadi ecobrick atau barang kreasi lainnya.

"Dalam aktivitas ini, misalnya membuat ecobric, kami juga melibatkan anak-anak. Jadi setelah pulang sekolah, mereka akan diajari membuat ecobrick dari sampah plastik."

"Tujuannya, selain menanamkan sikap cinta pada lingkungan, juga mengurangi ketergantungan mereka pada gawai," kata ayah dua anak itu.

Sementara di pilar Kesehatan, Astra kerapkali menggelar bakti sosial (baksos) kesehatan kemasyarakatan.

Termasuk dengan mendatangkan dokter untuk melakukan pemeriksaan kesehatan saat kegiatan posyandu.

Mereka juga ikut membantu pendataan kasus stunting di Dukuh Butuh.

"Hasilnya tidak ada kasus stunting di desa kami," ucap Nardi.

Untuk pilar Pendidikan, Astra juga menyalurkan beasiswa Lestari Astra kepada 35 siswa dari jenjang SD hingga SMA se-derajat di Dukuh Butuh.

Besaran beasiswa yang diterima setiap siswa berbeda-beda tergantung jenjang sekolah.

"Beasiswa Lestari Astra diberikan pada pertengahan semester dan sebanyak dua kali dalam satu tahun," katanya.

Nardi mengaku pendampingan dari Astra baik melalui kucuran dana maupun program kegiatan selama 4,5 tahun ini sangat membantu untuk perekonomian warga.

"Termasuk saat pandemi kemarin. Paket sembako yang kami terima setiap tahun, disalurkan lebih awal. Begitu juga dengan beasiswa-beasiswa."

"Langkah yang dilakukan Astra ini juga menjadi cara agar kami bisa segera bangkit dan tidak terpuruk akibat pandemi," beber pria kelahiran 7 Oktober 1974 ini.

Pengunjung berfoto di spot mural wayang KBA Solo, Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (10/12/2022).
Pengunjung berfoto di spot mural wayang KBA Solo, Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (10/12/2022). (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Manfaat lain yang sangat dirasa dari pendampingan pihak Astra, lanjut Nardi, adalah pengembangan Dukuh Butuh.

Terbaru, Dukuh Butuh dinobatkan sebagai satu di antara Desa Wisata di Kabupaten Klaten.

Tentu saja program paket wisata yang ditawarkan tak jauh-jauh dari proses pembuatan wayang kulit, di samping aktivitas lain seperti memanah atau jemparingan hingga memakai kostum wayang untuk anak-anak.

Selain itu, KBA Solo Dukuh Butuh pernah menjadi juara pertama dalam lomba KBA Inovasi 2021.

Hadiah dari lomba tersebut, kata Nardi, diwujudkan dalam bangunan pendopo bernama Omah Wayang yang berada di tengah kampung.

Berjuang Lestarikan Wayang Kulit

Tukiman, warga Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mewarnai tokoh wayang kulit di rumahnya, Sabtu (10/12/2022).
Tukiman, warga Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mewarnai tokoh wayang kulit di rumahnya, Sabtu (10/12/2022). ()

Sejumlah upaya yang dilakukan Astra, diakui Nardi, secara tidak langsung ikut memperkenalkan Dukuh Butuh sebagai sentra penghasil wayang kulit yang banyak diminati.

Namun, ada pekerjaan rumah (PR) yang kini tengah dikerjakan oleh para tokoh penggerak KBA Solo Dukuh Butuh, termasuk Nardi dan Mamik. Tak lain soal regenerasi.

Nardi mengaku masih sangat sedikit anak-anak yang tertarik untuk menekuni dunia pembuatan wayang kulit atau sekadar mempelajarinya.

Padahal, keahlian membuat wayang kulit di Dukuh Butuh diturunkan dari generasi ke generasi di bawahnya alias turun-temurun.

Hal ini sudah berlangsung sejak 1965 saat ada perajin pertama di Dukuh Butuh yaitu Kasimo dan kini sudah sampai di generasi ketiga.

"Memang ada, tapi jumlahnya tidak banyak. Bahkan di antara kami, yang menjadi perajin kebanyakan sudah berusia di atas 40 tahun," kata dia.

Suami dari Wahyu Widayati ini pun lantas membandingkan perbedaan paling mendasar antara generasinya dengan generasi zaman sekarang.

Dulu, sepulang sekolah, Nardi dan kawan-kawan akan langsung belajar membuat wayang kulit atau menatah wayang kulit pada sosok yang dianggap mumpuni.

Maka tak heran, saat masih duduk di bangku kelas 6 SD atau SMP, mereka sudah bisa membuat wayang kulit sendiri dan berlanjut hingga kini serta menjadi profesi utama.

"Kalau sekarang, begitu pulang sekolah, anak-anak sudah sibuk dengan HP," ucap Nardi.

Situasi inilah yang membuat Nardi prihatin.

Oleh karena itu, Nardi berusaha keras agar generasi muda, minimal di kampungnya, bisa kembali mengenal bahkan jika perlu turun langsung ke dunia wayang kulit.

Ia sudah memiliki rencana untuk membuat pelatihan membuat wayang kulit mulai dari siswa SD.

Hal ini dilakukan agar bisa meningkatkan minat pembuatan wayang kulit sehingga tercipta adanya regenerasi sekaligus melestarikan satu peninggalan karya yang adiluhung ini.

"Caranya bisa dengan masuk ke SD-SD atau mengajak anak-anak untuk belajar bersama membuat wayang kulit di pendopo Omah Wayang," beber Nardi.

Termasuk dengan pengembangan program paket wisata workshop pembuatan wayang kulit yang sejalan dengan cita-cita Nardi dalam pelestarian warisan Nusantara ini.

Meski dirasa cukup sulit, tapi Nardi yakin, usahanya akan membuahkan hasil di kemudian hari.

Saat ditanya mengapa begitu getol melakukan misi ini, Nardi beralasan mengingat umur.

Ayahanda Jagad Putu dan Nada Bandrung itu ingin meninggalkan jejak yang bisa dikenang oleh keturunannya.

"Umur saya sekarang itu sudah 48 tahun. Kalau saya dikasih kesempatan sampai 65 tahun saja, mau dibawa kemana sisa yang 17 tahun ini?"

"Lebih baik saya lakukan ini saja. Siapa tahu bisa memberikan sumbangsih, bisa memberikan tilas (bekas) yang bisa dikenang, minimal untuk anak dan cucu saya," pungkasnya. (*)

 
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas