Pria Obesitas Berbobot 300 Kilogram asal Semarang Meninggal Dunia, Didiagnosa Sakit Selulitis
Ibunda Bimo, Wiwik berterimakasih semua pihak yang selama ini telah perhatian terhadap kondisi Bimo yang pernah ramai diberitakan pertengahan 2019
Editor: Eko Sutriyanto
Selama dirawat di rumah sakit, Bimo telah melewati berbagai rangkaian tes, seperti ronsen paru, tekanan darah, dan dalam waktu dekat akan dilakukan operasi endoskopi yaitu prosedur pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat kondisi organ tubuh tertentu secara visual, dalam hal ini adalah lambung.
"Setelah operasi endoskopi, tahapan selanjutnya boleh pulang untuk menjalani diet ketat. Setelah itu dilanjutkan tindakan medis lain, mungkin sedot lemak dan lain sebagainya yang saya belum tahu," imbuhnya.
Menurutnya, dalam merawat Bimo perlu ekstra kesabaran sebab meski usianya 22 tahun namun ia seperti anak kecil.
Ketika keinginannya tidak kesampaian seperti minta dibelikan makanan Bimo bisa saja mengamuk.
"Jadi saya harus pelan - pelan dan ngasih penjelasan yang panjang. Awal masuk rumah sakit ngamuk karena ruangannya panas dan disi banyak pasien.
Saya jelaskan pelan-pelan bahwa debgan kartu KIS kan dapatnya kelas 3 ruangannya panas, saya kasih pengertian kalau bisa disiasati dengan kipas angin, jadi saya bawakan kipas angin di rumah sakit, " ujarnya.
Terkait biaya rumah sakit, Wiwik mengaku selama ini mengandalkan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Namun oleh pihak rumah sakit ia diminta untuk segera mengurus BPJS karena limit pada kartu KIS nya sudah hampir habis untuk menanggung biaya perawatan Bimo.
"Untuk mendapatkan kartu KIS ini juga ada ceritanya, dulu Bimo posting keadaannya di media sosial MIK Semar. Kemudian direspon oleh bu Lurah dan dibuatkan kartu KIS.
Jadi BPJS jalur mandirinya dinonaktifkan karena kalau dua kartu ngak bisa, dan ini diminta untuk BPJS nya kembali diaktifkan karena KIS limitnya hampir habis, " Kata Wiwik.
Untuk biaya lain-lain Wiwik mengandalkan berjualan gorengan di depan rumah Rejosari 8 No 2, RT7 RW10 Kelurahan Rejosari, Semarang Timur.
Kini mata pencahariannya itu terpaksa ditinggalkan sementara waktu menunggu Bimo keluar dari rumah sakit.
Suaminya seorang tentara meninggal saat Bimo duduk di bangku SMP atau pada tahun 2007 lalu akibat penyakit stroke.
Wiwik mengaku selama ini belum ada donatur yang memberikan bantuan materil. Ia pun berharap ada uluran tangan dari pemerintah daerah setempat ataupun pihak lain yang bersedia membantu untuk kesembuhan Bimo.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Bimo Penderita Obesitas asal Semarang Meninggal Dunia, Sempat Demam dan Kaki Bengkak