Pertunjukkan Khusus Film Lafran Kado Khusus Di Milad HMI
Kalimat Lafran Pane ini punya daya magis kuat. Ucapan ini menjadi spirit dan perekat organisasi Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI).
Editor: Toni Bramantoro
Lafran, ditinggal dua perempuan tercinta. Ibunya meninggal saat Lafran berusia dua tahun. Berikutnya, neneknya. Kehilangan dua ibu bagi Lafran seperti kehilangan kemudi.
Ayahnya, Sutan Pangurabaan tokoh pergerakan di Sumatera Utara terlalu sering berpergian hingga Lafran harus tinggal bersama kakaknya.
Di usia muda itulah, Lafran jadi pemberontak terhadap kondisi ketidakadian yang menuntut ia harus pindah ke berbagai sekolah. Lafran bahkan sempat jadi petinju jalanan.
Kakaknya-lah, Sanusi dan Armijn Pane, yang mendorong Lafran agar energi pemberontakkannya dimanfaatkan dalam bentuk karya.
Perjalanan Lafran dari Tapanuli Selatan (Sipirok) ke Jakarta hingga Yogyakarta mewarnai perubahan cara pandang Lafran dalam berjuang. Idealismenya menguat, prinsip hidup semakin tak tergoyahan, Lafran Pane menyimpan visi besar dalam memperjuangkan keindonesiaan.
Saat pendudukan Jepang, Lafran sempat ditahan karena membela para peternak sapi. Dia dibebaskan, setelah ayahnya menebus dengan menyerahkan bus Sibual-buali kepada tentara Jepang.
Sejak itu, Lafran begitu antusias terlibat dalam berbagai arus gerakan kemerdekaan termasuk para pemuda yang mendorong Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI.
Semasa kuliah di Yogyakarta, Lafran gundah oleh keberadaan kaum muslim terpelajar yang terlalu larut dalam pemikiran sekular. Mereka sering melupakan ibadah utama.
Maka, muncullah gagasan mendirikan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), yang berjuang dalam bingkai keislaman dan keindonesiaan.
Awalnya tidak ada yang mudah, dalam arus politik aliran yang sangat kencang saat itu, keberadaan HMI justru ditentang oleh organisasi massa Islam yang sudah ada.
Resistensi juga dilakukan gerakan kelompok sosialis. Dari semua pertentangan dan gesekan yang dihadapi, Lafran berketepatan hati menegakkan HMI.
Judul Film: Lafran "Saya Lillahi Taala untuk Indonesia"
- Produser Eksekutif:
Dr. Ir. Akbar Tandjung
Dr. Arief Rosyid Hasan