Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Perang Nuklir : Eropa atau Asia Duluan?
Perang nuklir bisa pecah di Eropa jika AS dan NATO terlibat langsung perang Ukraina. Izin penggunaan rudal jarak jauh oleh Ukraina adalah awalnya.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Kepada Sergey Karaganov di Forum Ekonomi Internasional Sank Petersburg pada bulan Juni 2024, Presiden Putin mengatakan Rusia tidak sedang mengacungkan senjata nuklir.
Ia menyatakan harapannya perang nuklir itu tidak akan pernah terjadi antara Moskow dan kekuatan barat di Eropa.
Moskow menurut Vladimir Putin tidak punya alasan untuk berpikir tentang penggunaan senjata nuklir saat ini.
Ia pun meminta para pejabat Rusia untuk tidak menyentuh masalah penggunaan senjata nuklir kecuali benar-benar diperlukan.
Putin di bulan yang sama juga mengatakan Rusia belum memerlukan serangan pencegahan, karena musuh dijamin akan dihancurkan dalam serangan balasan konvensional.
Tetapi ia tidak mengesampingkan kemungkinan perubahan pada doktrin tersebut. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov lebih lanjut menjelaskan pemikiran Putin dalam bahasa yang diplomatis.
Moskow pada waktunya akan mengambil langkah-langkah yang bijaksana, terkoordinasi, dan efektif untuk menahan NATO.
Respon normal Rusia itu dilakukan sejalan deklarasi NATO hasil pertemuan puncak blok itu di Washington, yang menempatkan Rusia sebagai ancaman utama keamanan sekutu.
NATO juga mengambil keputusan untuk terus mensuport Ukraina secara politik, ekonomi, dan mengalirkan bantuan militer dalam jumlah yang cukup fantastis.
Deklarasi itu juga menegaskan kembali pencegahan perang nuklir adalah landasan keamanan aliansi, seraya menambahkan NATO akan terus berinvestasi dalam kemampuan nuklirnya.
Moskow telah mengutuk pernyataan tersebut sebagai provokasi dan meningkatkan eskalasi konflik melibatkan senjata nuklir.
Barat telah menempatkan Rusia dan China sebagai ancaman utama mereka. Kedua negara itu memiliki hubungan khusus dengan Korea Utara, kekuatan nuklir di Asia.
Moskow dan Pyongyang sudah meneken pakta kerjasama militer, dan ini memungkinkan penggunaan senjata nuklir jika perang global pecah di Eropa dan Asia.
Kim Jong-un adalah sekutu dekat Rusia yang gemar menjajal kemampuan militernya, termasuk tes-tes bom nuklir dan hidrogen.
Watak tokoh nyentrik itu juga konon impulsive, agresif, dan tak segan akan memencet tombol tembakan nuklir, jika terancam atau diserang.
Seberapa besar peluang perang nuklir akan pecah di Eropa atau Asia? Wallahualam.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)