TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Rusia telah mengambil alih pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl di Ukraina pada Kamis (24/2/2022) waktu setempat.
Seperti diketahui, Chernobyl merupakan lokasi bencana nuklir pada 1986 yang mematikan.
Tak hanya itu, wilayah tersebut masih memiliki radiasi aktif meski bencana paling buruk sudah terjadi lebih dari 30 tahun yang lalu.
Lantas, mengapa Chernobyl menjadi target utama Rusia untuk diambil alih?
Mengutip Reuters, jawabannya adalah letaknya.
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Masih Berlanjut, Rupiah Justru Makin Perkasa
Baca juga: Konflik Rusia Vs Ukraina, Ketua DPR RI Minta Pemerintah Prioritaskan Keselamatan WNI
Hal ini juga dibenarkan pensiunan Letnan Jenderal, Ben Hodges, mantan Komandan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) di Eropa.
Ia mengatakan, situs itu terletak di jalur paling cepat menuju Kyiv, ibu kota Ukraina.
"Lokasi itu penting karena letaknya. Jika pasukan Rusia menyerang Kyiv dari utara, Chernobyl ada di sana, bisa menghalangi," terangnya, dilansir NBC News.
Seperti diketahui, Chernobyl berjarak kurang dari 10 mil dari perbatasan Ukraina dan Belarus, sekutu Rusia, di mana Moskow telah mengumpulkan pasukan untuk mempersiapkan serangan.
Dari Chernobyl, jaraknya relatif lurus sekitar 80 mil selatan ke Kyiv.
Rute dari Belarus ke Kyiv melalui Chernobyl mungkin sangat menarik bagi perencana militer Rusia, lantaran memungkinkan mereka untuk menyeberangi Sungai Dnieper di Belarus.
Dengan begitu, mereka bisa menghindar penyeberangan yang berpotensi berbahaya dari sungai besar, yang membelah Ukraina, di belakang garis musuh.
"Mereka menginginkannya (Chernobyl) karena ingin menguasai seluruh negara (Ukraina)," ujar Evelyn Farkas, Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk Rusia, Ukraina, dan Eurasia dalam pemerintahan Obama.
"Mereka (Rusia) ingin mengepung ibu kota (Kyiv)," imbuhnya.