Putin mengatakan Kiev sedang mencoba untuk menunda negosiasi dengan membuat proposal yang semakin tidak realistis.
Dia menambahkan Rusia tetap terus mencari solusi untuk merundingkan kesepakatan untuk mengakhiri permusuhan.
Peskov mengatakan teks kesepakatan belum dinegosiasikan dan menambahkan delegasi Rusia siap bekerja lebih cepat. Dia menyesalkan Ukraina tak menunjukkan niat sama.
Dalam perspektif Scott Ritter, seorang mantan perwira intelijen Korps Marinir AS, konflik Ukraina-Rusia memperlihatkan kecenderungan kegagalan Biden mengelola masalah.
Ritter yang pernah jadi inspektur nuklir PBB mengatakan, tidak ada bukti maupun petunjuk Rusia bermaksud “terus bergerak ke barat.”
Di sisi lain, baik Eropa maupun AS, menurutnya tidak akan melakukan intervensi atas nama Ukraina guna melawan Rusia.
Sekutu NATO itu lebih banyak bertindak menyemangati Ukraina seperti orang Romawi yang haus darah menyaksikan gladiator bertempur di Colosseum.
Sementara Biden menganggap Ukraina dan presidennya sedang terkepung, dia gagal menjelaskan kepada rakyat Amerika mengapa ada perang di Ukraina.
Tak ada pembicaraan tentang peran Amerika di Maidan pada 2014, dan tidak ada diskusi tentang peran ultra-nasionalis sayap kanan Ukraina dalam menindas penduduk berbahasa Rusia di Ukraina.
Tidak pula disebutkan penembakan ke wilayah Donbass yang memisahkan diri. Serta tak ada diskusi peran NATO dalam menciptakan situasi keamanan yang tidak dapat dipertahankan bagi negara Rusia.
Menurut Ritter dalam artikelnya di Russia Today, jingoisme sederhana dimainkan secara baik oleh Biden lewat pidato-pidato politik yang disiarkan di televisi Amerika.(Tribunnews.com/RussiaToday/Sputniknews/xna)