News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Dianggap Jadi Ancaman, Jerman dan Prancis akan Mengusir Puluhan Diplomat Asal Rusia

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang tentara Ukraina berpatroli dengan kendaraan lapis baja di sebuah jalan di Bucha, barat laut Kyiv, pada 2 April 2022, di mana walikota mengatakan 280 orang telah dikuburkan di kuburan massal dan kota itu dipenuhi dengan mayat. - Ukraina telah mendapatkan kembali kendali atas seluruh wilayah Kyiv setelah invasi pasukan Rusia mundur dari beberapa kota penting dekat ibukota Ukraina, kata wakil menteri pertahanan hari ini. (Photo by RONALDO SCHEMIDT / AFP)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan Pemerintah Jerman akan mengeluarkan 40 diplomat asal Rusia dari negaranya.

Tidak lama setelah pengumuman Jerman, Kementerian Luar Negeri Prancis juga menyatakan akan mengusir 35 diplomat asal Rusia. Sebelumnya, Lithuania juga telah mengusir duta besar Rusia dari negaranya.

Baca juga: Rusia Rebut dan Kuasai Rumah Sakit di Polohy, Wilayah Zaporizhzhia Ukraina

"Prancis memutuskan malam ini untuk mengusir sejumlah personel Rusia dengan status diplomatik yang ditempatkan di Prancis yang kegiatannya bertentangan dengan kepentingan keamanan kami," kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan, yang dikutip dari laman aljazeera.com.

Kecaman global terhadap Rusia telah meningkat, bersamaan dengan kabar ditemukannya kuburan massal dan warga sipil yang ditembak mati dari jarak dekat di Bucha, sebuah kota yang dekat dengan Ibu Kota Ukraina, Kyiv.

Baca juga: Warga Sipil Ukraina Dibantai Rusia, Bagaimana Cara Menuntut Putin atas Kejahatan Perang?

Baerbock mengatakan langkah pengusiran diplomat asal Rusia ini, merupakan tanggapan terhadap kebrutalan pasukan militer Rusia terhadap warga Ukraina di Bucha.

“Gambar-gambar dari Bucha berbicara tentang kebrutalan yang luar biasa oleh para pemimpin Rusia dan oleh mereka yang mengikuti propagandanya dengan keinginan tak terbatas untuk memusnahkan,” kata Baerbock.

Rusia sendiri menanggapi keputusan Jerman untuk mengusir sejumlah diplomatnya, sebagai tindakan tidak bersahabat dan akan memperburuk hubungan keduanya.

“Pengurangan tidak berdasar dalam jumlah staf diplomatik di misi Rusia di Jerman akan mempersempit ruang untuk mempertahankan dialog antara negara-negara kita, yang akan mengarah pada penurunan lebih lanjut dalam hubungan Rusia-Jerman,” kata kedutaan Rusia di Berlin dalam sebuah pernyataan yang diposting di Telegram.

Setelah Rusia menarik pasukannya dari kota Bucha, puluhan mayat yang diduga warga sipil Ukraina ditemukan di kuburan massal, dan beberapa bahkan berserakan di jalan-jalan di kota Bucha. Rusia segera membantah tudingan pihak Barat, bahwa pasukannya bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di Bucha.

Diplomat sebagai 'ancaman'

Baerbock menggambarkan kehadiran para diplomat Rusia sebagai “ancaman" bagi lebih dari 300.000 orang Ukraina, yang mengungsi ke Jerman sejak invasi dimulai.

Baerbock mengatakan Jerman akan mengambil langkah lebih lanjut bersama anggota UE lainnya, untuk menjatuhkan sanksi yang lebih keras kepada Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (tengah) berdiri di kota Bucha, barat laut ibukota Ukraina, Kyiv, pada 4 April 2022. - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada 3 April 2022 bahwa kepemimpinan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di Bucha, di luar Kyiv, di mana mayat ditemukan tergeletak di jalan setelah kota itu direbut kembali oleh tentara Ukraina. (Photo by RONALDO SCHEMIDT / AFP) (AFP/RONALDO SCHEMIDT)

“Dengan mitra kami termasuk menjatuhkan sanksi yang lebih keras kepada Rusia, secara tegas memperluas dukungan untuk pasukan tempur Ukraina dan memperkuat sayap timur NATO.” ucapnya.

Sementara itu, selain mengusir duta besar Rusia dari negaranya, Lithuania akan menutup konsulat Rusia yang berada di pelabuhan Klaipeda. Duta besar Lithuania untuk Rusia dilaporkan akan kembali ke negaranya dalam waktu dekat.

Baca juga: AS Diam-diam Uji Coba Rudal Hipersonik, Bakal Jadi Saingan Kinzhal-nya Rusia?

Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis mengatakan dalam sebuah pernyataan, kejahatan Rusia terhadap Ukraina tidak dapat dilupakan.

"Lituania berdiri dalam solidaritas penuh dengan Ukraina dan rakyat Ukraina, yang menjadi korban agresi Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Rusia di Ukraina tidak akan dilupakan,” ujar Gabrielius Landsbergis.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan bukti pembunuhan warga sipil Bucha menunjukkan perlunya sanksi yang lebih keras untuk Rusia.

“Setengah langkah tidak cukup lagi. Saya menuntut sanksi paling berat minggu ini, ini adalah pembelaan para korban pemerkosaan dan pembunuhan. Jika Anda ragu tentang sanksi, pergi ke Bucha dulu,” katanya, saat konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss.

Presiden AS, Joe Biden pada Senin (4/4/2022) kemarin menyebut Presiden Rusia, Vladimir Putin sebagai penjahat perang dan menyerukan pengadilan kejahatan perang.

Baca juga: Bank Dunia Sebut Pertumbuhan Ekonomi di Asia akan Turun, Imbas Konflik Rusia-Ukraina

“Putin brutal. Dan apa yang terjadi di Bucha keterlaluan, dan semua orang melihatnya,” kata Biden kepada wartawan.

AS dan negara-negara Barat telah berusaha menjatuhkan sanksi besar-besaran kepada Rusia. Namun, kekhawatiran muncul jika sanksi ini malah menimbulkan dampak yang membahayakan ekonomi global. Eropa sendiri mendapat sekitar 40 persen gas dan 25 persen minyaknya dari Rusia.

Menurut pihak berwenang Ukraina, invasi Rusia sejak 24 Februari lalu telah menewaskan ribuan orang dan memaksa sekitar 4 juta warga Ukraina untuk meninggalkan negara mereka.

Sedangkan Rusia mengatakan, serangan mereka terhadap Ukraina ditunjukan untuk menghilangkan ancaman keamanan dan menuntut Ukraina agar membatalkan tawaran bergabung dengan NATO.

Dianggap Mata mata

Mengutip Al Jazeera, Belanda mengatakan akan mengusir 17 orang Rusia yang digambarkan sebagai perwira intelijen yang menyamar sebagai diplomat.

Sementara Belgia mengatakan pihaknya mengusir 21 diplomat dari kedutaan Rusia.

Irlandia mengatakan kepada empat pejabat senior Rusia untuk meninggalkan negara itu karena kegiatan yang dianggap tidak "sesuai dengan standar perilaku diplomatik internasional".

Tak hanya itu, Republik Ceko juga memberi waktu 72 jam kepada satu diplomat Rusia untuk meninggalkan negara itu.

Pengusiran itu terjadi ketika hubungan antara Rusia dan Barat telah membeku setelah invasi Moskow ke Ukraina .

Pekan lalu, Polandia mengusir 45 orang Rusia yang diidentifikasi pemerintah sebagai perwira intelijen menggunakan status diplomatik mereka sebagai kedok untuk beroperasi di negara itu.

Belanda Bersiap untuk Pembalasan

Belanda pada Selasa (29/3/2022) mengatakan, mengambil keputusannya dalam konsultasi dengan "sejumlah negara yang berpikiran sama," mengutip pengusiran serupa oleh Amerika Serikat, Polandia, Bulgaria, Slovakia, Estonia, Latvia, Lithuania dan Montenegro.

"Kabinet telah memutuskan untuk melakukan ini karena ancaman terhadap keamanan nasional yang ditimbulkan oleh kelompok ini," kata kementerian luar negeri Belanda dalam sebuah pernyataan.

Dia menambahkan bahwa mereka telah memanggil duta besar Rusia dan memberitahu dia tentang pengusiran.

"Alasannya adalah ada informasi menunjukkan bahwa orang-orang yang bersangkutan, yang terakreditasi sebagai diplomat, secara diam-diam aktif sebagai perwira intelijen," kata kementerian yang berbasis di Den Haag itu dalam sebuah pernyataan.

"Kabinet telah memutuskan untuk melakukan ini karena ancaman terhadap keamanan nasional yang ditimbulkan oleh kelompok ini," tambah pernyataan itu, yang mengatakan bahwa ancaman intelijen terhadap Belanda tetap tinggi.

Menteri Luar Negeri Belanda, Wopke Hoekstra mengatakan dia siap untuk pembalasan dari Moskow.

“Pengalaman menunjukkan bahwa Rusia tidak membiarkan tindakan semacam ini tidak terjawab,” katanya.

“Kami tidak bisa berspekulasi soal itu, tapi Kemlu siap dengan berbagai skenario yang mungkin muncul dalam waktu dekat," jelasnya.

Menteri Luar Negeri Belgia, Sophie Wilmes mengatakan kepada parlemen bahwa langkah Brussel dikoordinasikan dengan Belanda dan bukan sanksi.

“Saluran diplomatik tetap terbuka dengan Rusia, Kedutaan Besar Rusia dapat terus beroperasi dan kami terus menganjurkan dialog,” katanya.

Sebelumnya pada hari Selasa, Rusia mengatakan pihaknya mengusir total 10 diplomat dari tiga negara Baltik Uni Eropa yaitu Estonia, Latvia dan Lithuania sebagai pembalasan atas negara-negara yang mengusir diplomat Rusia awal bulan ini.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pihaknya membatalkan akreditasi empat diplomat Lituania, tiga warga Latvia dan tiga warga Estonia dan mereka akan diminta untuk meninggalkan negara itu.

Itu sesuai dengan jumlah diplomat Rusia yang dikeluarkan setiap negara sebelumnya.

Pada 18 Maret, tiga negara Baltik memerintahkan pengusiran 10 anggota staf kedutaan Rusia dalam tindakan terkoordinasi yang diambil dalam solidaritas dengan Ukraina.

Moskow menyebut langkah itu "provokatif dan sama sekali tidak berdasar".

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini