TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Menteri Tenaga Kerja Jerman, Hubertus Heil, mengatakan embargo gas Rusia akan menyebabkan hilangnya pekerjaan dan secara serius mempengaruhi ekonomi negaranya.
Hubertus Heil mengatakan hal itu dalam sebuah wawancara dengan media Funke, yang diterbitkan Sabtu (28/5/2022).
“Kita harus secara bertahap menjadi mandiri dari impor gas, tetapi pengenaan embargo segera akan memperumit situasi dengan kenaikan harga yang lebih tinggi dan menyebabkan hilangnya pekerjaan. Jadi ini harus kita hindari,” ujarnya mengingatkan.
Baca juga: Jerman Tak Siap Embargo Gas Rusia, Cina Ingatkan Ancaman Kelaparan Global
Baca juga: Rusia Makin Dekat dengan China saat Energinya Terancam Embargo Uni Eropa
Baca juga: Embargo Impor Migas Rusia, Uni Eropa Hancurkan Ekonomi Mereka Sendiri
Heil mencatat pasar tenaga kerja di Jerman, meskipun menderita akibat pandemi Covid-19, saat ini stabil, tetapi langkah-langkah drastis seperti memotong gas Rusia akan mengubah situasi menjadi lebih buruk.
“Namun, jika terjadi embargo gas langsung, kita akan berada dalam situasi yang sama sekali berbeda secara ekonomi dan sosial,” katanya, seraya menambahkan embargo akan menjadi “racun bagi masyarakat (Jerman).
Bersama negara-negara Uni Eropa lainnya, Berlin telah berupaya menghapus energi dari Rusia, tetapi pemerintah telah berulang kali menyatakan negara tersebut tidak dapat melakukannya segera.
Ledakan krisis ekonomi dan industri akan langsung terjadi. Jerman sangat bergantung energi Rusia, membeli sekitar 25 persen minyaknya dan 40 persen gasnya.
Namun, menurut strategi saat ini, Berlin berencana untuk sepenuhnya menggantikan batu bara dan minyak Rusia pada akhir tahun, dan beralih dari gas Rusia ke pemasok alternatif pada 2024.
Kiev Sita Aset Rusia
Perkembangan lain dari Ukraina, Kiev memulai proses penyitaan aset raksasa minyak Rusia Rosneft. Informasi disampaikan Dinas Keamanan Ukraina (SBU) di saluran Telegramnya, Sabtu.
"SBU memprakarsai penyitaan aset Rosneft di Ukraina. Aktivitas perusahaan energi, yang merupakan bagian dari grup Rosneft Rusia, diblokir," bunyi pesan tersebut.
Menurut pengumuman SBU, sekitar 20 juta hryvnia ($677.000) aset yang diduga milik anak perusahaan Rosneft di Ukraina diblokir.
Nama perusahaan belum diungkapkan. Rosneft belum mengeluarkan komentar mengenai proses tersebut.
Pada April, parlemen Ukraina mengesahkan undang-undang yang memungkinkan nasionalisasi aset warga Rusia, atau mereka yang diduga memiliki hubungan dekat dengan Moskow.