"Seluruh Eropa adalah target Rusia, dan Ukraina hanyalah tahap pertama dalam agresi ini."
Baca juga: Wanita yang Disebut-sebut Pacar Putin Resmi Dapat Sanksi Uni Eropa, Aset Dibekukan dan Larangan Visa
Baca juga: Uni Eropa Sepakat Anggarkan Dana 321 Miliar Dolar AS Untuk Gantikan Impor Minyak Rusia
Sejak invasi Rusia pada 24 Februari, pejabat senior Uni Eropa, termasuk von der Leyen, terus mendukung untuk menempatkan Ukraina pada jalur cepat ke aksesi Uni Eropa dengan memberikannya status kandidat.
Sejumlah negara Uni Eropa termasuk Estonia, Latvia, Lithuania dan Polandia telah mendukung seruan ini.
Namun, masih ada keraguan di Berlin dan Paris dan ibu kota Eropa Barat lainnya mengenai apakah mungkin untuk memulai proses penerimaan keanggotaan secara formal.
Pada hari Kamis, Bloomberg, mengutip sebuah catatan diplomatik, melaporkan bahwa Denmark percaya Kyiv tidak cukup memenuhi kriteria untuk bergabung dengan UE.
Denmark mengatakan Ukraina masih perlu meningkatkan kerangka legislatif dan kelembagaannya.
Bulan lalu, presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan akan membutuhkan berpuluh-puluh tahun bagi Ukraina untuk diterima ke dalam UE.
Ia menyarankan bahwa Kyiv dapat bergabung dengan "komunitas Eropa paralel" sambil menunggu keputusan.
Para pemimpin UE diharapkan untuk membahas lebih lanjut permohonan Ukraina selama pertemuan puncak tentang masalah ini bulan depan, bersama dengan aplikasi dari Moldova dan Georgia.
Kyiv melihat peluang untuk bergabung dengan UE sebagai cara simbolis dan strategis untuk mengatasi kerentanan geopolitiknya setelah Zelensky sebelumnya mengakui bahwa Ukraina tidak akan menjadi anggota NATO.
Survei terbaru menunjukkan bahwa dukungan untuk keanggotaan UE di kalangan Ukraina telah melonjak hingga 91 % sejak dimulainya invasi.
Rusia, yang menggunakan ketertarikan Ukraina bergabung NATO sebagai alasan melancarkan invasi, menyatakan bahwa keanggotaan Ukraina di Uni Eropa setara dengan bergabungnya Ukraina dengan NATO.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)