TRIBUNNEWS.COM - Jerman khawatir Rusia akan mematikan pasokan gas alam melalui pipa Nord Stream 1 secara permanen, di tengah agenda pemeliharaan tahunan yang sedang berlangsung.
Diketahui, Rusia telah menutup pasokan gas alam ke Jerman yang melalui pipa Nord Stream 1 untuk pemeliharaan tahunan, mulai Senin (11/7/2022).
Proses pemeliharaan itu berlangsung selama 10 hari, tepatnya akan berakhir pada 21 Juli mendatang.
Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, memperingatkan negara-negara Uni Eropa (UE) agar bersiap jika pengiriman gas tidak dilanjutkan.
Ia menuduh Kremlin menggunakan gas alamnya sebagai "senjata" atau balasan atas sanksi UE terkait invasi ke Ukraina.
Dilansir BBC, Habeck mengakui Jerman salah karena terlalu bergantung pada gas Rusia.
Baca juga: Pipa Gas Rusia Ditutup, Menteri Jerman Bicara Skenario Mimpi Buruk
Ia mengatakan, dua terminal terapung untuk pengiriman gas alam cair (LNG) akan siap pada akhir tahun.
Pada pertengahan Juni, perusahaan gas negara Rusia, Gazprom, memotong aliran gas melalui Nord Stream 1 menjadi hanya 40 persen dari kapasitas pipa.
Pihaknya menyalahkan keterlambatan pengembalian peralatan yang diservis oleh Siemens Energy Jerman.
Pemerintah Kanada mengatakan sekarang akan mengembalikan turbin Siemens yang diperbaiki ke Jerman untuk pipa.
Langkah itu membuat marah Ukraina, yang menuduh Kanada menyesuaikan sanksi yang dijatuhkan pada Moskow "dengan keinginan Rusia".
Kanada mengaku memberi Siemens Canada "izin terbatas waktu dan dapat dibatalkan" untuk mengirim turbin yang diperbaiki kembali ke Jerman, meskipun ada sanksi.
Menyusul adanya perbaikan selama 10 hari, pemerintah Jerman khawatir pasokan gas akan dikurangi atau dipotong secara permanen.
Sebenarnya, pemeliharaan Nord Stream 1 dilakukan setiap musim panas ketika kebutuhan terhadap gas lebih rendah daripada musim dingin.