"Orang-orang di belakang saya jatuh seperti kartu domino," kata Kim.
"Ada orang-orang di bawah saya dan orang-orang jatuh di atas saya. Aku hampir tidak bisa bernapas."
"Kami berteriak minta tolong, tetapi musik di gang sangat keras, teriakan kami tak terdengar," bebernya.
Baca juga: Mengenal Itaewon, Tempat Tragedi Halloween, Terkenal sebagai Pusat Multikulturalisme di Korsel
Kim dan temannya berhasil merangkak keluar setelah orang dewasa menarik mereka ke sebuah kedai minuman.
Mereka kemudian meninggalkan gang dengan beringsut di sepanjang dinding.
Apa yang mereka saksikan di sepanjang jalan hanyalah kekacauan.
Kim menjelaskan situasi di gang tersebut sangat ramai dan berisik sehingga orang-orang sepertinya tidak tahu apa yang terjadi.
Orang-orang merekam kerumunan menggunakan smartphone. Beberapa sibuk memakai kostum Halloween.
Yang lain meneriaki pemilik bar, menanyakan kapan mereka bisa masuk.
Beberapa petugas polisi yang bergegas ke tempat kejadian, meniup peluit, mencoba mengendalikan kerumunan, tetapi tidak berhasil.
Kim sendiri tidak tahu seberapa mematikan insiden itu sampai dia berada di kereta bawah tanah dalam perjalanan pulang di Yongin, selatan Seoul, ketika dia mengakses internet dan membaca berita.
"Orang-orang sangat tidak sensitif tentang keselamatan publik," katanya.
Kim juga mengatakan, seharusnya pemerintah mengirim lebih banyak polisi untuk mengendalikan massa.
"Ada kerumunan Halloween di Itaewon tahun lalu meskipun ada pandemi."
"Pemerintah seharusnya mengantisipasi kerumunan yang jauh lebih besar tahun ini, karena sebagian besar pembatasan pandemi telah hilang," tuturnya.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)