Carter dengan cermat mengamati arus politik nasional pada 1970-an.
Anggota Partai Demokrat ini adalah satu dari 10 kandidat pencalonan presiden pada 1976.
Sebagai sosok yang kurang dikenal, anonimitas Carter terbukti menguntungkan.
"Saya tidak akan pernah berbohong."
"Saya tidak akan pernah menghindari masalah kontroversial."
"Pemimpin, Untuk Perubahan."
Slogan kampanyenya ini menyentuh perasaan pemilih.
Carter menang pemilihan dan menjadi presiden ke-39 Amerika Serikat.
Baca juga: Mantan Presiden AS Barack Obama Positif Covid-19, Sebut Tenggorokannya Gatal Berhari-hari
The Carter Center
Pada 1982, Carter mendirikan The Carter Center, organisasi nirlaba nonpemerintah.
Dikutip dari laman resmi Carter Center, presiden AS ke-39 dan sang istri bermitra dengan Universitas Emory.
Tujuan didirikan Carter Center adalah memajukan hak asasi manusia dan mengurangi penderitaan manusia.
Misinya termasuk membantu meningkatkan kualitas hidup orang-orang di lebih dari 80 negara.
Masalah kesehatan yang diderita Jimmy Carter
Pada 12 Agustus 2015, Carter menjalani operasi untuk mengangkat massa dari hatinya.
Di tahun itu, Carter didiagnosis menderita kanker pankreas.
"Operasi hati baru-baru ini mengungkapkan bahwa saya menderita kanker yang sekarang ada di bagian lain tubuh saya," ucapnya kala itu.
"Saya akan mengatur ulang jadwal saya seperlunya sehingga saya dapat menjalani perawatan oleh dokter di Emory Healthcare," ungkapnya.
Sepekan kemudian, pada 20 Agustus, Carter mengadakan konferensi pers, dan mengatakan dokter menemukan melanoma.
Dia kemudian menjalani perawatan radiasi dan mengubah jadwalnya yang padat secara dramatis setelah ditemukan empat lesi di otaknya.
Pada awal Desember 2015, Carter secara resmi mengumumkan pemeriksaan tidak menemukan jejak dari empat lesi otak.
Pada 21 Maret 2019, Carter menjadi Presiedn AS yang paling lama hidup dengan usia 94 tahun 172 hari.
Usianya melampaui angka yang dicapai umur George HW Bush.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)