“Kami kehilangan segalanya, kami kehilangan seluruh rumah,” katanya.
“Kami hanya ingin pemerintah membantu kami.”
Terlihat di lokasi karung-karung makanan diturunkan dari sebuah truk.
Menurut pejabat setempat, Mouhamad al-Hayyan, bantuan tersebut diorganisir pemerintah dan organisasi masyarakat sipil.
Selain itu, menurut seorang staf, dua puluh lima jenazah telah dibawa ke klinik kecil di desa tersebut.
Dengan banyaknya rumah yang dibuat dari batu bata lumpur dan kayu atau semen, struktur bangunan mudah runtuh.
Ini adalah gempa paling mematikan di Maroko sejak tahun 1960, di mana saat itu diperkirakan sedikitnya 12.000 orang tewas.
Di desa Amizmiz yang terkena dampak paling parah, warga menyaksikan tim penyelamat menggunakan alat penggali mekanis berupaya mencari orang hilang di sebuah rumah runtuh.
“Mereka mencari seorang pria dan putranya. Salah satu dari mereka mungkin masih hidup,” kata Hassan Halouch, seorang pensiunan tukang bangunan.
Namun, setelah dilakukan pencarian, tim hanya menemukan jenazah.
Saat ini tim militer setempat pun dimobilisasi untuk membantu upaya penyelamatan dan mendirikan tenda untuk para korban.
Karena sebagian besar toko rusak atau tutup, warga kesulitan mendapatkan makanan dan perbekalan.
“Kami masih menunggu tenda. Kami belum mendapatkan apa-apa,” kata Mohammed Nejjar, seorang buruh, yang sedang melipat selimutnya di tempat penampungan sementara yang terbuat dari potongan kayu.
“Saya mendapat sedikit makanan yang ditawarkan seseorang, itu saja sejak gempa bumi. Kita tidak dapat melihat satu toko pun buka di sini dan orang-orang takut untuk masuk ke dalam, khawatir atapnya runtuh.”
Pemerintah mengatakan pada hari Sabtu mereka mengambil langkah-langkah mendesak untuk mengatasi bencana tersebut termasuk memperkuat tim pencarian dan penyelamatan, menyediakan air minum, dan mendistribusikan makanan, tenda, serta selimut. (alarabiyanews)