Setelah serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menyerang Jalur Gaza dengan serangan yang secara bertahap semakin kuat.
Serangan-serangan tersebut telah menimbulkan kerusakan besar di daerah kantong tersebut, dengan jumlah korban sipil yang tewas melonjak.
Setidaknya 9.488 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di daerah kantong tersebut sejauh ini, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam, mengatakan pada Rabu pekan lalu kalau tujuh sandera, termasuk tiga orang asing, tewas akibat serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia pada 31 Oktober.
IDF mengatakan pada Selasa lalu mereka telah menyerang kamp Jabalia di Jalur Gaza, dan menambahkan bahwa kematian warga sipil adalah konsekuensi dari “tragedi perang”.
Menurut Kementerian Dalam Negeri eksklave tersebut, setidaknya 400 orang di kamp pengungsi tewas dan terluka akibat serangan udara Israel.
Meski jatuh banyak korban sipil, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengenyampingkan gencatan senjata apa pun sampai Hamas melepaskan semua sanderanya, yang ditangkap selama pelanggaran perbatasan pada bulan Oktober.
Israel juga telah memulai serangkaian serangan darat ke Gaza di mana Hamas mengandalkan jaringan terowongan luas yang tersembunyi di bawah daerah padat penduduk.
“Kami sedang melakukan operasi darat yang diperluas di Jalur Gaza. Angkatan darat, tank, infanteri, dan pasukan lapis baja bermanuver ke arah teroris,” kata juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari pada 30 Oktober.
Pada Minggu (5/11/2023), IDF juga mengatakan kalau tentara Israel telah memperoleh akses ke terowongan bawah tanah Hamas di utara Jalur Gaza.
Selama beberapa minggu terakhir, pemandangan dari Jalur Gaza yang dilanda pemboman, di mana Israel memerintahkan blokade total, memutus pasokan air, makanan, dan bahan bakar, telah mendorong ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di berbagai kota, termasuk di ibu kota AS, Washington, DC, untuk memprotes aktivitas militer Israel di daerah kantong tersebut.
Namun, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, saat bertemu dengan para pemimpin Timur Tengah di Yordania, kembali menolak seruan gencatan senjata.
Pun, Washington lebih memilih menyuarakan dukungannya terhadap “jeda kemanusiaan”.
Mitos Infalibilitas Militer Israel Hancur, IDF Anak-anak 18 Tahun
Melihat kembali serangan awal Hamas pada Oktober dan cara kelompok militan tersebut mampu menembus apa yang disebut 'tembok besi', dengan 'teknologi pintar' yang Israel miliki, Scott Ritter menjelaskan kalau mitos “kesempurnaan intelijen Israel” telah rusak.