“Kami tidak punya apa-apa, tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air. Setiap menit berlalu, kita kehilangan nyawa. Semalam, kami kehilangan 22 orang, dan selama tiga hari terakhir, rumah sakit dikepung,” kata Salmiya.
Bahan Bakar yang Semakin Menipis
Sejak 7 Oktober, Israel melakukan blokade ketat dan melancarkan serangan di Gaza.
Pihak berwenang Palestina di Gaza mengatakan serangan Israel telah menewaskan lebih dari 12.000 orang, termasuk 5.000 anak-anak.
Saat ini, telah memasuki minggu ketujuh pengepungan Isral.
Persediaan bahan bakar, makanan dan air mulai menipis.
PBB kemudian mengumumkan peringatan pasokan bahan bakar, air dan makanan yang menipis menyebabkan kelaparan bagi warga Gaza.
Menyusul peringatan tersebut, Israel menyatakan telah menyetujui permintaan AS untuk mengizinkan dua truk bahan bakar setiap hari memasuki Gaza.
“Kami mengambil keputusan itu untuk mencegah penyebaran epidemi. Kita tidak memerlukan epidemi yang akan merugikan warga sipil atau pejuang kita. Jika ada epidemi, pertempuran akan berhenti,” kata penasihat keamanan nasional Tzachi Hanegbi, dikutip dari Al Arabiya.
Seorang pejabat senior AS mengatakan Washington telah memberikan tekanan besar terhadap Israel selama berminggu-minggu untuk mengizinkan bahan bakar masuk melalui penyeberangan Rafah dari Mesir.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menjelaskan bahwa Israel perlu segera bertindak untuk menghindari bencana kemanusiaan.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, bahan bakar akan mulai dikirimkan pada hari Sabtu (18/11/2023), hari ini.
Bahan bakar yang dikirimkan hari ini adalah sebanyak 140.000 liter (37.000 galon) bahan bakar/
Nantinya, 20.000 liter akan digunakan untuk menggerakan generator komunikasi.
Pengiriman ini hanya akan diperbolehkan setiap 48 jam.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel