Serangan gencar Israel telah menyebabkan kehancuran di Gaza.
60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur, dan hampir 2 juta penduduk mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Penembakan 3 Sandera Israel
Desember lalu, warga Israel tercengang ketika tiga sandera yang ditahan oleh Hamas dibunuh oleh pasukan Israel di tengah zona perang aktif, AP melaporkan.
Padahal, sandera itu telah mengibarkan bendera putih dan berteriak dalam bahasa Ibrani untuk menunjukkan bahwa mereka tidak menimbulkan ancaman.
Tetapi mereka justru ditembak oleh tentara negaranya sendiri.
Bagi sebagian orang, insiden tersebut merupakan contoh mengejutkan betapa buruknya keadaan di medan perang, yang berbahaya tidak aman bagi siapa pun.
Namun bagi para kritikus, insiden tersebut menggarisbawahi apa yang mereka katakan sebagai tindakan kekerasan berlebihan yang dilakukan aparat keamanan Israel terhadap warga Palestina.
“Ini memilukan tetapi tidak mengherankan,” kata Roy Yellin, direktur penjangkauan publik kelompok hak asasi manusia Israel B’Tselem.
“Kami telah mendokumentasikan selama bertahun-tahun banyak sekali insiden orang-orang yang jelas-jelas menyerah dan masih tertembak.”
Yellin mengatakan pembunuhan itu melanggar etika dasar militer dan hukum internasional yang melarang penembakan terhadap orang yang mencoba menyerah, baik kombatan atau bukan.
Namun dia mengatakan hal itu adalah bagian dari tren kekerasan berlebihan yang pada akhirnya menimpa warga Israel sendiri.