Dalam konteks ini, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan sedang mempelajari langkah-langkah yang harus diambil dalam persiapan operasi di Rafah, terutama terkait evakuasi warga sipil.
Menurut sumber-sumber Israel, Tel Aviv berusaha meyakinkan Washington bahwa operasi di Rafah diperlukan, dan operasi itu harus dikelola oleh badan gabungan Israel-Amerika.
Baca juga: Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas
Batalyon Nahal Hadapi Empat Batalyon Tempur Hamas di Rafah
Pihak Tentara Israel mengatakan serangan yang diperkirakan terjadi di Rafah bertujuan untuk membongkar 4 batalyon militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).
Demi menghadapi apa yang mereka yakini sebagai unit tempur dengan jumlah milisi berjumlah ribuan, IDF menyebut sejumlah rencana dan persiapan tengah dimatangkan.
Nahal adalah satu dari lima brigade infanteri IDF. Satuan tempur yang dikenal juga dengan sebutan Brigade 933 itu memiliki kekuatan empat batalion pasukan, termasuk satu batalion pengintai.
Batalyon Nahal ke-933 adalah salah satu brigade infanteri utama Angkatan Bersenjata Israel.
Dalam sejarah peperangan yang dijalani Israel,batalyon ini telah beroperasi di semua perang besar dan operasi skala besar sejak didirikan pada tahun 1982, memainkan peran kunci selama Perang Lebanon Pertama dan Kedua serta Intifada Pertama dan Kedua.
Usir Warga ke Khan Yunis
Selain persiapan tempur, Israel juga menyiapkan rencana evakuasi warga sipil dari Rafah yang diminta AS sebagai syarat dikelurkannya restu operasi militer darat di Rafah.
The Associated Press menerbitkan gambar satelit yang menunjukkan kompleks tenda baru sedang didirikan di dekat Khan Yunis, berdekatan dengan Rafah, sebagai bagian dari persiapan yang sedang berlangsung untuk kemungkinan operasi militer.
Mengacu pada pelaksanaan operasi yang akan segera terjadi, surat kabar Amerika "Wall Street Journal" mengutip pejabat Mesir yang mengatakan, Israel sedang bersiap untuk memindahkan warga sipil dari Rafah ke Khan Yunis.
Menurut sumber yang sama, proses evakuasi diperkirakan memakan waktu dua hingga tiga minggu, dan dilakukan melalui koordinasi dengan Amerika Serikat dan negara-negara Arab.
Kemarin, Mesir membantah bahwa mereka telah berdiskusi dengan Israel mengenai kemungkinan operasi militer di Rafah dan menegaskan kembali penolakannya terhadap hal tersebut. Yordania juga memperingatkan hari ini bahwa penyerbuan Rafah akan menyebabkan pembantaian baru oleh Israel.
Di Washington, juru bicara Pentagon Pat Ryder mengatakan kemarin bahwa pada tahap ini tidak ada indikasi dimulainya operasi darat besar apa pun di Rafah, dan menambahkan bahwa negaranya belum melihat adanya rencana rinci Israel yang mengatasi kekhawatiran Amerika mengenai dampak dari serangan tersebut. invasi tersebut berpotensi berdampak pada warga sipil.
Gaza Utara Kembali Membara
Operasi Gaza Utara Juga dalam perkembangan militer, tentara pendudukan Israel mengintensifkan pemboman Beit Lahia, utara Jalur Gaza, sebagai persiapan untuk melakukan operasi militer baru di wilayah tersebut.