Serangan di Rafah "akan menghapus perlindungan terakhir bagi orang-orang yang masih hidup di Gaza," tambahnya.
Arab Saudi: Serangan di Rafah adalah Kampanye Berdarah
Arab Saudi mengatakan serangan Israel terhadap Rafah adalah "bagian dari kampanye berdarah yang sistematis", dengan menyerbu seluruh wilayah di Gaza dan membuat penduduknya terpaksa mengungsi.
Dalam sebuah pernyataan, Kemenlu Arab Saudi menyatakan "peringatan Kerajaan (Arab Saudi) akan bahaya Israel yang menargetkan Rafah dan mengusir penduduk Gaza ke tempat yang tidak diketahui."
"Saat ini tidak ada zona aman setelah kehancuran besar-besaran yang disebabkan oleh Israel," imbuhnya.
Kemenlu "menegaskan penolakan tegas Kerajaan" terhadap “pelanggaran terang-terangan yang terus dilakukan Israel terhadap semua resolusi internasional yang menyerukan penghentian pembantaian ini."
Serta, "pelanggaran mereka terhadap hukum internasional dan hukum humaniter internasional tanpa pencegahan, yang memperburuk krisis kemanusiaan dan membatasi upaya perdamaian internasional," tambahnya.
Kemenlu mengatakan pihaknya memperbarui permintaannya "agar komunitas internasional segera melakukan intervensi untuk menghentikan genosida yang dilakukan Israel terhadap warga sipil yang tidak berdaya di wilayah pendudukan Palestina."
Inggris: Serangan di Rafah Tidak Mengarah pada Pemberantasan Hamas
Wakil Menteri Luar Negeri Inggris, Andrew Mitchell, mengatakan serangan Israel ke Rafah melanggar hukum kemanusiaan internasional.
Mitchell juga menyebut operasi Israel itu tidak mengarah pada pemberantasan Hamas, namun untuk menghabisi nyawa rarga sipil.
Meski demikian, Mitchell enggan merinci sikap apa yang akan diambil Inggris terhadap Israel buntut serangan ke Rafah.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)