Seorang komandan baru di salah satu batalyon bersenjata Israel mendorong prajuritnya untuk melakukan "genosida" di Lebanon, demikian laporan penyiar resmi Israel, mengutip seorang petugas kesehatan mental di militer Israel.
Adi Engert, petugas kesehatan mental Brigade Alexandroni, memicu kemarahan dalam sebuah posting X pada Senin malam yang kemudian dihapus.
Postingan yang dihapus itu menyatakan bahwa komandan baru brigade tersebut, Kolonel Moshe Pesel, "menginginkan para pejuang melakukan genosida," menurut Otoritas Penyiaran Israel .
"Desa-desa di Lebanon akan menjadi sunyi sepi , dan jalan-jalannya tidak dapat dilalui," menurut sebuah petikan dari berkas yang diberikan Pesel kepada prajuritnya.
Engert mengaitkan pernyataan tersebut dengan unggahannya, yang tangkapan layarnya terus beredar di media Israel setelah dihapus.
Menurut Saluran 12 Israel , pasukan Brigade Alexandroni telah melaksanakan lebih dari 200 hari tugas cadangan di perbatasan Lebanon dan Gaza sejak 7 Oktober.
Engert menyatakan bahwa ketika Pesel memangku jabatan pimpinan, ia mengatakan kepada pasukan brigade bahwa "seorang komandan baru telah bergabung dengan brigade. Pertama-tama, saya ingin para pejuang melakukan genosida."
Menteri Keuangan pendudukan Israel Bezalel Smotrich mempertanyakan pada X mengapa militer Israel tidak mengambil tindakan terhadap Engert karena membocorkan dokumen tersebut.
Lebih dari 5.650 tentara Israel dirawat karena luka-luka yang diderita di wilayah utara.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan pada hari Selasa bahwa lebih dari 5.650 tentara pendudukan Israel telah terluka atau jatuh sakit di garis depan utara sejak 7 Oktober.
Para tentara tersebut telah menerima perawatan di Pusat Medis Galilee di Nahariya dan Rumah Sakit Ziv di Safed, menurut laporan tersebut.
Para direktur rumah sakit telah menyatakan kekhawatiran mendalam atas durasi konfrontasi yang tidak menentu di wilayah utara, yang kini telah berlangsung selama 11 bulan.
"Kami telah bersembunyi selama 11 bulan, dan kami tidak dapat melihat akhirnya," kata pejabat rumah sakit.
Salman Zarka, direktur Rumah Sakit Ziv, mengungkapkan bahwa fasilitasnya telah merawat sekitar 450 tentara yang terluka dalam operasi yang dilakukan oleh Hizbullah.