Tidak ada satu pun fasilitas kesehatan yang beroperasi.
Fasilitas-fasilitas tersebut telah berubah menjadi kerangka beton yang berdiri tegak, menjadi kuburan yang sunyi.
Itulah sebabnya pemerintah kota di Beit Lahiya telah menyatakan bahwa bagian utara Jalur Gaza adalah daerah bencana, artinya tidak ada yang bisa menopang kehidupan di sana.
Serangan di rumah keluarga Abu Nasr
Badan kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan serangan terhadap rumah keluarga Abu Nasr merupakan salah satu dari tujuh "insiden yang menelan korban massal" di Gaza dalam seminggu terakhir saja.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan sedikitnya 25 anak-anak termasuk di antara korban tewas.
Militer Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan serangan tersebut.
Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR) mengaku pihaknya "terkejut" oleh pengeboman tersebut.
OHCHR menyebutnya sebagai salah satu serangan tunggal paling mematikan di Gaza dalam hampir tiga bulan.
Baca juga: Israel Kembali Bom Beit Lahiya setelah Habisi 93 Nyawa dalam Satu Serangan
Meningkatnya serangan udara dan darat Israel terhadap Beit Lahiya terjadi saat pengepungan di Gaza utara memasuki hari ke-26.
Militer Israel menyatakan pihaknya melancarkan serangan untuk menghentikan pejuang Hamas berkumpul kembali di wilayah utara.
Padahal pada awal tahun ini mengatakan bahwa mereka telah memusnahkan kelompok Palestina – yang memerintah Gaza – di wilayah tersebut.
Dikutip dari CNBC, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller menyatakan keprihatinannya atas tingginya jumlah korban.
Gedung Putih menyebut insiden ini sebagai "kejadian yang mengerikan dengan hasil yang mengerikan."
Pihak AS telah menghubungi pemerintah Israel untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut terkait insiden ini, terutama karena sebagian besar korban adalah anak-anak.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)