Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan berbicara soal polarisasi atau terbelahnya masyarakat akibat kontestasi politik.
Menurutnya, polarisasi selalu ada terlebih dalam kontestasi politik, dalam hal ini adalah Pemilihan Umum (Pemilu).
“Menurut saya penting bagi kita untuk menyadari bahwa di dalam setiap konstestasi politik pasti ada polarisasi. Tidak mungkin tidak ada di dalam kontestasi itu,” kata Anies ketika Dialog Gagasan bersama Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di DPP Partai Demokrat, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (2/3/2023).
Ia lantas menyinggung fenonema British Exit atau Berxit, sikap Inggris yang keluar dari kesatuan Uni Eropa. Kala itu, lanjut Anies, terjadi polarisasi besar-besaran akibat keputusan Inggris tersebut.
Tak hanya itu, Anies mengatakan bahwa polarisasi juga terjadi di berbagai segmentasi politik, mulai dari nasional hingga ke daerah.
Isu polarisasi tersebut pun menyesuaikan kondisi di daerah masing-masing.
“Kalau yang berada di dalam kontestasi itu laki dan perempuan pasti isu gender yang dominan. Kalau di dalam kontestasi itu adalah suku, Batak, Sunda, Minahasa Jawa pasti isu etnis yang muncul.”
“Kalau di Pilkada itu antara putra daerah dan putra luar daerah, isu putra derah muncul. Kalau di dalam Pemilu itu antara satu agama Islam satu agama Kristen pasti isu agama muncul,” papar Anies.
Sehingga ia menilai bahwa polarisasi meurpakan hal yang lumrah terjadi dalam proses politik. Hanya saja, kata dia, jangan sampai polarisasi menjadi pemicu perpecahan bangsa.
Baca juga: Jawaban Anies Baswedan Soal Nasib Proyek IKN Jika Terpilih Jadi Presiden
“Jadi itu adalah sesuatu polarisasi yang biasa terjadi. Yang penting polarisasi itu dijaga, tidak menjadi friksi tidak menjadi konflik apalagi menjadi perpecahan,” kata Anies.