TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 sebesar 204,8 juta jiwa.
Dari jumlah tersebut, pemilih dari generasi milenial dan gen Z mendominasi dengan 56 persen.
Adapun jumlah pemilih generasi milenial mencapai 66.822.389 atau 33,6 persen dan pemilih generasi Z mencapai 46.800.161 atau 22,85 persen.
Dominasi suara pemilih milenial dan gen Z di Pemilu 2024, menempatkan mereka sebagai penentu utama dalam kontestasi pesta demokrasi tahun depan.
Pengamat politik dari Universitas A-Azhar, Ujang Komarudin memandang optimis suara anak muda ke depan bisa menjadi lokomotif perubahan, dengan menempatkan perspektif bahwa mereka bisa menjadi bagian dari kemajuan.
"Ujang muda saat itu berpikir tidak ada persoalan bangsa ini yang tuntas. Dalam pergumulan saya saat kuliah politik di UIN, S1, S2. Saya ingin tahu kenapa anak muda anti terhadap politik. Lalu saya temukan bahwa harus berkontribusi bagi bangsa ini, lewat berbagai aspek salah satunya melalui politik," kata Ujang dalam webinar 'Suara Muda, Suara Penentu' yang diselenggarakan Apahabar Community, Selasa (31/10/2023).
Berkenaan dengan itu, Ujang berpesan kepada kaum muda agar tidak apatis dengan politik karena keputusan mereka menentukan nasib bangsa Indonesia mulai dari tahun 2024.
"Kita harus membangun perspektif yang baru bahwa kita anak muda yang potensial dibutuhkan bangsa ini untuk berkontribusi bagi bangsa," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, pengamat komunikasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Nyarwi Ahmad mengungkapkan bahwa anak muda berpotensi menjadi penentu Pemilu 2024.
Namun mereka harus menjaga momen tersebut agar tidak hanya dimanfaatkan oleh elite dan partai tertentu.
Sebab menurutnya sejauh ini banyak parpol mengatasnamakan anak muda lewat penggalangan isu yang terkait, tapi sebenarnya kurang menyentuh langsung mereka.
"Misalkan di media sosial. Bila kita tracking isu anak mudanya seputar Gibran. Sangat minim menemukan voice tentang anak muda yang kuat berkaitan dengan suara mereka tentang politik," kata Nyarwi.
Karena itu, ia mengajak anak muda untuk menjaga momen ini dengan sadar akan posisi mereka yang bisa menjadi kekuatan dalam menentukan pemimpin terbaik untuk kemajuan negeri.
Baca juga: Kemenkominfo Ajak Publik Cek DPT, Pastikan Hak Suara di Pemilu 2024
"Saya berpikir kalau anak muda tidak memanfaatkan Pemilu kali ini, akan sangat disayangkan, karena tidak menjadi momentum bagi mereka. Perlu menghadirkan anak muda yang punya privilege tertentu dan hadir dalam Pemilu, ini menjadi momen mereka," kata Ujang.
Influencer Ratu Lubis sebagai salah satu narasumber menerangkan sebenarnya tidak banyak anak muda yang punya perhatian lebih pada masalah dan isu politik karena terlanjur apatis dan skeptis.
Banyak anak muda seusianya yang menganggap siapapun pemimpinnya, Indonesia akan tetap sama.
"Ada dua hal yang membuat politik tidak menarik untuk anak muda yakni skeptis dan apatis. Aku merasa generasi aku itu, skeptis karena siapapun pemimpinnya negara ini akan begitu-begitu saja. Itu adalah masalah yang kompleks dan muncul karena kondisi saat ini," kata Ratu
Ratu juga melihat ketidakpedulian anak muda karena mereka tak yakin bahwa suaranya bisa ikut menentukan perubahan ke arah yang lebih baik.
"Dari sikap skeptis melihat kondisi itu lahirlah sikap apatis, apakah suara kita akan membawa perubahan yang berarti untuk bangsa. Padahal memang dari orang tua aku mengarahkan agar aku menggunakan hakku. Mau milih siapa saja Oke tapi golput bukan pilihan," ungkapnya.