“Pernyataan saya di awal bulan Desember dipotong dan dihilangkan konteksnya, seolah-olah saya menyatakan bahwa Program Makan Siang dan Susu Gratis baru terlaksana pada 2029. Padahal yang benar adalah, program makan siang gratis baru mencapai target maksimalnya menjangkau 82,9 juta anak pada 2029.” tuturnya.
Budisatrio lalu menjelaskan detail program makan siang dan susu gratis yang dihilangkan konteksnya tersebut.
“Ada misinformasi terkait proses. Yang benar adalah program ini tetap akan berjalan sejak awal Prabowo Gibran dilantik, namun dilaksanakan secara bertahap, dan dengan skala prioritas. Jadi tidak langsung 82,9 juta anak langsung mendapatkan program ini pada tahun 2025. Daerah yang paling memungkinkan dan membutuhkan akan diprioritaskan terlebih dahulu pada tahun pertama.” jelasnya.
“Lalu di tahun-tahun berikutnya, 2026, 2027, dan seterusnya jumlahnya akan terus ditambah. Sehingga mencapai target maksimal 82,9 juta anak akan menerima Program Makan Siang dan Susu Gratis pada Tahun 2029. Nah, pernyataan saya di bagian ini yang dipotong dan dihilangkan," lanjutnya.
Lebih lanjut, Budisatrio juga menjelaskan bahwa pihak TKN sudah memantau misinformasi ini sengaja disebarkan pada saat masa tenang yang lalu.
“Kami menduga ini bagian dari misinformasi yang sengaja disebarkan di masa tenang kampanye lalu. Padahal pernyataan saya yang dipotong tersebut adalah pernyataan di tanggal 4 Desember. Lalu dimunculkan kembali tanggal 13 Februari, lebih dari dua bulan kemudian.” jelasnya.
“TKN pada masa tenang tidak merespon karena kami sangat menghargai masa tenang. Namun karena sampai sekarang masih beredar, akhirnya kita putuskan untuk melakukan klarifikasi," ujarnya.
Subsidi BBM dipotong untuk penuhi janji kampanye?
Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Eddy Soeparno meluruskan kabar bahwa program makan siang dan susu gratis nantinya akan memangkas subsidi BBM.
Dia membantah pernah mengeluarkan pernyataan tersebut.
Eddy menjelaskan, dirinya hanya berharap adanya efisiensi penyaluran subsidi di bidang energi. Dia bilang, ada sejumlah sektor energi yang harus diefisiensikan.
"Itu bukan pemangkasan BBM. Saya nggak pernah bilang pemangkasan BBM, gitu. Yang saya katakan adalah kita lakukan efisiensi di bidang penyaluran subsidi energi. Subsidi energi bukan subsidi BBM dan kita bukan pemangkasan, adalah efisiensi. Gitu yang saya katakan," kata Eddy kepada awak media, Jumat (16/2/2024).
Dijelaskan Eddy, subsidi energi negara pada tahun 2023 mencapai angka fantastis atau sebesar Rp 500 triliun. Sementara pada tahun 2024, subsidi energi diproyeksikan bakal menghabiskan dana Rp350 triliun.
Menurutnya, subsidi energi terbesar yang diberikan negara berasal dari subsidi petralite dan gas LPG 3 Kg. Sayangnya, kata Eddy, kedua sektor tersebut justru banyak dinikmati oleh masyarakat mampu.
"Porsi terbesar dari subsidi energi itu adalah subsidi untuk pertalite dan elpiji 3 kg. Tetapi yang menikmati pertalite dan elpiji 3 kg 80 persennya itu masyarakat mampu. Jadi artinya kita memberikan subsidi begitu besar kepada mereka yang justru kaya yang mampu," kata Eddy.