Pemicunya karena putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, lolos menjadi peserta pilpres melalui putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengubah persyaratan pencalonan presiden-wapres dan kemudian diwarnai pelanggaran kode etik hakim konstitusi.
Relasi keduanya kian meruncing setelah pada pilpres, Jokowi dinilai condong memberikan dukungan kepada anaknya yang berpasangan dengan calon presiden (capres) Prabowo Subianto, dan bukan capres- cawapres dari PDI-P, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, bahkan memprediksi hubungan Jokowi dengan Megawati akan sama seperti hubungan Megawati dengan SBY.
Hubungan Megawati dengan Yudhoyono sudah retak sejak Pemilu 2004 dan hingga kini belum mencair.
"Namun, saya melihat merenggangnya relasi Jokowi dengan Megawati tak akan memengaruhi hubungan Megawati dan Prabowo," katanya.
Hal itu tampak dari kunjungan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Rosan Roeslani, ke kediaman Megawati pada hari pertama Idul Fitri ataupun ditugaskannya putri Megawati yang juga Ketua DPP PDI-P, Puan Maharani, oleh Megawati, untuk membuka komunikasi dengan Prabowo.
Bertarung di MK
Kemarin, dokumen amicus curiae telah dikirim ke MK, diwakili oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat.
Berikut penggalan kalimat yang ditulis oleh Megawati dalam amicus curiae tersebut:
"Rakyat Indonesia yang tercinta, marilah kita berdoa semoga ketuk palu Mahkamah Konstitusi bukan merupakan palu godam melainkan palu emas. Seperti kata ibu Kartini pada tahun 1911: 'habis gelap terbitlah terang' sehingga fajar demokrasi yang telah kita perjuangkan dari dulu timbul kembali dan akan diingat terus menerus oleh generasi bangsa Indonesia."
Siapa yang nanti akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan politik tingkat tinggi ini? Megawati atau Jokowi? Jawabannya ada pada Keputusan MK tanggal 22 April 2024 mendatang.