"Dari Abu Umamah bahwa ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “Berpuasalah, sesungguhnya tiada tandingan baginya” (HR. An Nasa’i)
3. Bau mulut orang puasa akan harum
Keutamaan puasa yang kedua sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak misik…” (Muttafaq ‘Alaih)
4. Masuk surga
Keutamaan puasa yang tak kalah hebat dari keutamaan lain adalah memasukkan pelakunya ke surga.
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ مُرْنِى بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِى الْجَنَّةَ. قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لاَ عِدْلَ لَهُ . ثُمَّ أَتَيْتُهُ الثَّانِيَةَ فَقَالَ عَلَيْكَ بِالصِّيَامِ
Dari Abu Umamah berkata: Saya datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka saya berkata: “Perintahkan kepada saya dengan sebuah amal yang dapat memasukkan saya ke dalam surga!” Beliau menjawab: “Berpuasalah, sesungguhnya tiada tandingan baginya” Kemudian saya datang untuk kedua kalinya, maka Beliau berkata: “Berpuasalah” (HR. Ahmad, Nasa’i dan Hakim dan dia menshahihkannya)
5. Puasa adalah perisai
Puasa adalah perisai, maksudnya perisai dari perbuatan buruk dan perisai dari api neraka. Mengenai keutamaan puasa ini, Rasulullah bersabda:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Pengontrol Syahwat
Salah satu keutamaan puasa, ia juga merupakan pengontrol syahwat. Karenanya Rasulullah menganjurkan para pemuda yang belum mampu menikah untuk berpuasa.
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat mengontrol syahwatnya” (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Menjauhkan dari neraka
Satu hari puasa setara dengan penambahan jarak sejauh tujuh puluh musim dari neraka.
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللَّهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah kecuali Allah menjauhkan wajahnya dengan hari itu dari api neraka tujuh puluh musim” (HR. Jama’ah kecuali Abu Dawud)
(Tribunnews.com/ Ayumiftakhul)