TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keluarga pramugari Sriwijaya Air SJ 182, Mia Tresetyani Wadu (22) mengurai kisah pilu. Kakak korban mengatakan, seharusnya Mia tidak ikut dalam penerbangan tersebut, tapi ikut penerbangan lain.
Namun, jadwal Mia tiba-tiba diganti.
Kakak Mia, Ardi Samuel Cornelis Wadu (25) mengatakan telah berkomunikasi dengan sejumlah rekan kerja adiknya yang ada di Jakarta.
Dari sana, ia mengetahui bahwa jadwal adiknya seharusnya ada di penerbangan lain. Kemudian jadwal adiknya ditukar di penerbangan Sriwijaya Air SJ-182.
"Dia seharusnya tidak di penerbangan itu, karena tiba-tiba jadwalnya di-switch," katanya, Minggu (10/1/2021).
Mia, kata Ardi, menjadi pramugari di Sriwiajaya Air sejak tiga tahun lalu.
Kemudian pada Desember 2020 ada perpanjangan kontrak. Ardi sudah meminta adiknya untuk kembali ke Denpasar dan mencari pekerjaan lain.
"Dia bilang enggak apa-apa, masih ingin jadi pramugari, sejak SMA ingin jadi pramugari," katanya.
Rumah Mia Tresetyani Wadu (22) mulai tampak ramai kemarin.Keluarga dan kerabat dekat terlihat mempersiapkan tenda di depan rumah Mia, di Jalan Tukad Gangga, Gang Tirta Gangga, Denpasar, Bali.
Sementara itu kakak sepupu Mia, Ginsir mengatakan pramugari berusia 23 tahun itu sempat menelepon ibunya sebelum pesawat yang ditumpanginya hilang kontak dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Dalam percakapan telepon itu, Mia sempat bercerita penerbangannya delay gara-gara hujan deras.
“Ya, sekitar dua jam sebelum kejadian, Mia sempat kontak ibunya, Ni Luh Sudarni. Ibu berpesan untuk berhati-hati,” kata Ginsir.
Johny Lay selaku paman Mia juga sempat bercerita dua minggu lalu Mia sempat berpesan kepada orang tuanya untuk mempersiapkan dan membersihkan rumahnya.
Baca juga: Menangis Histeris, Kehilangan Istri dan 3 Anak di Insiden Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182
Ini karena ia berencana berlibur dan berkunjung ke rumah bersama teman-temannya.