Pasalnya, siapa yang akan ditunjuk oleh presiden Jokowi memimpin ibukota baru nanti.
Tetapi, terlepas siapa yang akan ditunjuk untuk memimpin ibukota negara yang baru, Karyono mengatakan, kriteria tersebut sangat masuk akal.
"Untuk memimpin ibukota baru sekurang-kurangnya memiliki pengalaman memimpin pemerintahan daerah yang berhasil dalam pelaksanan pembangunan," kata Karyono saat dihubungi Tribunnews, Jumat (21/1/2022).
Menurut Karyono, keberhasilan kepala daerah itu dapat diukur dari pelbagai aspek kemajuan di bidang ipoleksosbudhankam serta kemajuan di bidang insfrastruktur, lingkungan, dan penataan birokrasi pemerintahan.
Karenanya, untuk memimpin sebuah ibukota negara yang baru dibutuhkan orang memiliki background kepala daerah dan arsitek.
Terkait dengan background calon kepala otorita ibukota negara sebagaimana disampaikan presiden, hematnya bisa menimbulkan beberapa tafsir.
Pertama, kalimat 'pernah memimpin daerah', bisa ditafsirkan mantan kepala daerah jika kita merujuk pada frasa 'pernah'.
Kedua, bisa ditafsirkan secara luas, artinya bisa mantan kepala daerah atau kepala daerah yang masih menjabat. Ketiga, frasa 'background arsitek', bisa ditafsirkan bahwa calon kepala otorita ibukota harus memiliki background keahlian secara akademik arsitek.
Keempat, bisa juga ditafsirkan dari aspek pengalaman praksis dalam tata kelola pembangunan kawasan suatu daerah seperti infrastruktur, tata kota dan lingkungan.
"Dengan demikian, sejumlah nama kepala daerah atau mantan kepala daerah yang memenuhi kriteria tersebut yang dipandang layak untuk memimpin ibukota baru," ucap Karyono.
Berdasarkan kriteria dan tafsir tersebut ada sejumlah nama kepala daerah dan mantan kepala daerah yang disebut-sebut memiliki latar belakang itu antara lain nama Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Eks Walikota Surabaya Tri Risma Harini, Walikota Makassar Danny Pomanto, atau Gubernur Aceh Nova Iriansyah.
Tapi jika merujuk pada tafsir arsitek yang bukan dari latar belakang akademik dan keahlian spesifik, tapi dari pengalaman memimpin daerah yang berhasil menata kota dengan pelbagai infrastruktur dan birokrasi maka figur Basuki Tjahja Purnama atau Ahok bisa masuk nominasi.
"Dari sederet nama tersebut, jika dilihat dari karya arsitek, maka sosok Ridwan Kamil memang memiliki rekam jejak yang cukup mendunia. Sedangkan Risma dan Ahok memiliki rekam jejak keberhasilan memimpin daerah di bidang infrastruktur, tata kota dan penataan birokrasi," papar Karyono.
Menurutnya, ketiga nama tersebut terthitung yang paling kuat untuk memimpin ibukota negara yang baru.
"Tetapi jika dianalisis dari aspek irisan politik, kemungkinan nama Risma dan Ahok lebih berpeluang," kata Karyono.