Sehingga kata Hasto, nantinya yang bersangkutan bisa lebih tenang terlebih dalam menjalani persidangan.
"Untuk penguatan agar saksi atau korban siap dalam proses peradilan," ucap Hasto.
Kendati demikian, Hasto menyatakan, tidak semua saksi atau korban yang melapor akan mendapatkan assessment psikologis.
Baca juga: Komnas HAM Belum Periksa CCTV di Lokasi Tewasnya Brigadir J karena Masih Diperiksa Polri
Hanya beberapa pihak saja yang memang membutuhkan, termasuk saat ini terhadap Bharada E dan Putri Candrawati yang prosesnya baru akan ditangani oleh LPSK.
"Tidak harus (semua pelapor dilakukan assessment psikologis), tergantung kebutuhan," ucap Hasto.
Adapun beberapa saksi atau korban yang perlu dilakukan assessment psikologis kata Hasto yakni yang terlibat dalam perkara dugaan seksual.
Terlebih kata dia, dalam perkara ini didapati adanya korban yang tewas, oleh karenanya perlu untuk memulihkan psikologi saksi atau korban.
"Dalam kasus kekerasan seksual atau apalagi ada terbunuhnya orang, biasanya diperlukan layanan psikologis," kata Hasto.
Baca juga: Temuan Baru Komnas HAM: Brigadir J Masih Hidup saat Tiba di Rumah Dinas Ferdy Sambo dari Magelang
Diketahui kasus tewasnya ajudan Irjen Ferdy Sambo, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J menyedot perhatian publik.
Brigadir J tewas dengan luka tembak di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, Duren Tiga, Jakarta Selatan, 8 Juli 2022.
Sejumlah lembaga seperti Komnas HAM, Kompolnas, dan LPSK turun tangan dalam penanganan kasus tersebut.
Terbaru, polisi sudah melakukan autopsi ulang terhadap jenazah Brigadir J di Jambi.
Belum diketahui pasti apa hasil dari autopsi ulang yang sudah dilakukan.