Rekaman itu pun menimbulkan hujatan dari Aremania karena dinilai menggiring bahwa tragedi Kanjuruhan bukan disebabkan karena gas air mata tetapi saling berdesakan dan terinjak-injak sesama suporter.
Dikutip dari Kompas.com, pada pintu 3 yang disebut perempuan itu tempat dirinya berjualan dawet, justru ditemukan toko meubel.
Baca juga: Komnas HAM Lakukan Uji Selongsong Gas Air Mata yang Didapat Usai Tragedi Kanjuruhan ke Laboratorium
Selain itu, ditemukan pula toko penjual kopi dan mie instan.
Menurut pegawai meubel, Jaya, tidak ada yang berjualan dawet di area pintu 3 itu.
"Tidak pernah ada penjual dawet di sini. Hanya meubel ini dan penjual kopi dan mie instan di samping ini," tutur Jaya.
Kendati begitu, Jaya mengakui di area Stadion Kanjuruhan memang ada penjual dawet.
Hanya saja, katanya, penjual dawet itu berjenis kelamin pria dan berjualan menggunakan rombong kaki lima dan bukannya di sebuah warung.
"Tapi penjualnya bukan perempuan, tapi pria. Kalau yang perempuan tidak ada," ujar Jaya.
Ia memastikan bahwa rekaman voice note itu adalah hoaks.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Kompas.com/Imron Hakiki)
Artikel lain terkait Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan