News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pembahasan RPP Kesehatan Tuai Kontroversi, Ini Pandangan Pakar Hukum

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petani tembakau di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mengeringkan daun tembakau panenan sebelum dirajang.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Asosiasi Analis Kebijakan Indonesia (AAKI), Trubus Rahardiansyah, mengatakan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kesehatan harus merangkul seluruh pemangku kepentingan.

Menurut dia, dalam sebuah kebijakan publik, itu harus melibatkan pentahelix.

"Semuanya itu harus dilibatkan, dan tentu ini membutuhkan proses yang panjang karena UU dan aturan turunannya harus dipahami industri terdampak dan juga setiap daerah,” ujar Trubus.

Pernyataan itu disampaikan dalam webinar Indonesia Policy Analyst Forum oleh AAKI bertajuk “Adopsi Ideal UU Kesehatan Beserta Aturan Turunannya” pada (27/10/2023).

Dia menyoroti beberapa industri yang akan terkena dampak dalam aturan tersebut, misalnya farmasi, tembakau, dan telemedisin. Ia mendorong agar perancangan aturan memperhatikan masukan masyarakat dan industri.

“Termasuk di dalamnya terkait dengan persoalan pertembakauan. Ekosistem tembakau yang marah. Di satu sisi juga ada industri-industri yang lain di situ, misalnya Farmasi,” tambah Trubus.

Pada forum yang sama Mahesa Pranadipa selaku ketua Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia juga menyuarakan pendapat terkait RPP Kesehatan.

Mahesa menyatakan sebelum muncul draf RPP Kesehatan, polemik pengamanan zat adiktif di RUU Kesehatan juga menimbulkan kontroversi, yakni dengan menyatukan zat narkotika dengan tembakau, walaupun akhirnya dibuat terpisah.

Pada kesempatan yang sama, Ia memperingati agar RPP Kesehatan tidak menimbulkan dampak negatif bagi industri.

Dia menjelaskan, UU Kesehatan ini berangkat dari keinginan industri, jadi jangan sampai industri malah jadi korban.

"Kalau kita lihat ada pasal mengenai tindak pidana korporasi, menurut saya ini perlu didiskusikan lebih lanjut, walaupun ada keuntungannya, tetapi jangan sampai salah dalam prosedur,” kata Mahesa.

Dalam webinar yang sama, beberapa asosiasi industri memberikan tanggapannya terhadap RPP Kesehatan.

Perwakilan Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Rudy memberikan pandangan mengenai minimnya ruang partisipasi yang diberikan kepada industri.

Rudy menyampaikan bahwa industri tembakau siap diatur, tetapi Ia menyarankan agar RPP untuk membahas pengamanan zat adiktif dibahas terpisah serta melibatkan industri dalam penyusunan.  

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini