"Juga dia berani mengambil resiko soal isu-isu yang bisa saja kembali menyerang dirinya."
"Misalnya isu anti-korupsi. Dia begitu tegas bicara pemiskinan koruptor kemudian gerakan-gerakan antikorupsi."
"Hal yang seolah-olah dia ingin sampaikan ke publik bahwa 'saya tidak terlibat loh semua kegiatan korupsi baik yang di luar maupun yang mencerca saya," jelasnya.
Apakah debat perdana Capres itu mampu mengambil hati para pemilih bimbang untuk menentukan pilihannya atau malah sebaliknya?
"Bila Prabowo-Gibran tampil seperti ini terus, terlihat emosi, kosong tanpa gagasan dan hanya melanjutkan program-program pak Jokowi bukan tidak mungkin justru momentum politik yang membuat elektabilitas mereka menurun, ini justru mengena ke Prabowo-Gibran yang akhirnya membuat mereka bisa kalah duluan, kalau penampilan mereka begini terus, artinya terlihat sangat menahan emosi sehingga membuat masyarakat yang menonton debat menjadi tidak nyaman.
"Jadi jangan salah angka 39 persen juga bisa saja disusul oleh Anies Baswedan atau Ganjar Pranowo," jelasnya,
Berdasarkan survei Litbang Kompas yang berlangsung pada 29 November-4 Desember 2023 itu, Prabowo-Gibran memperoleh elektabilitas 39,3 persen.
Sementara elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar ada di angka 16,7 persen.
Sedangkan tingkat elektoral pasangan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD tercatat 15,3 persen.
Hensat mengingatkan tingginya angka elektabilitas belum tentu bakal bisa jadi penentu kemenangan saat Pilpres 14 Februari 2024 mendatang.
"Rakyat Indonesia punya daya kritis yang luar biasa ternyata."
"Harusnya gabungan Prabowo dan Jokowi sangat cepat bisa tembus angka 70-80 persen."
"Tapi ternyata daya kritis masyarakat melakukan perlawanan itu, sehingga berdasarkan survei Kedaikopi dan kompas itu 40 persen saja susah," jelasnya.
Mari tonton video lengkap wawancara eksklusif Tribunnews On Focus Pengamat Komunikasi Politik Hendri Satrio.(*)