Ia mengatakan, pendukung utama pertumbuhan ekonomi ada pada permintaan domestik.
Jokowi memaparkan, soal Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) akan mengacu pada asumsi dasar berikut.
"Inflasi akan dijaga pada kisaran 2,5 persen. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 5,2 persen," ujar Jokowi.
Eks Wali Kota Solo itu menyampaikan, kondisi ekonomi global masih relatif stagnan sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih bertumpu pada permintaan domestik.
"Ke depan, peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus dimanfaatkan untuk memperkokoh lompatan kemajuan sehingga Indonesia bisa keluar dari middle-income trap," kata Jokowi.
Terutama, dengan memanfaatkan bonus demografi, melanjutkan transformasi ekonomi, meningkatkan daya tarik investasi dan membuka lebih banyak lapangan kerja.
Kemudian, daya beli masyarakat akan dijaga ketat, dengan pengendalian inflasi, penciptaan lapangan kerja, serta dukungan program bansos dan subsidi.
Baca juga: Jokowi Pamer Investasi yang Masuk ke IKN Sudah Rp56,2 Triliun, di Luar Anggaran APBN
"Pemerintah akan terus mengupayakan peningkatan produk-produk yang bernilai tambah tinggi yang berorientasi ekspor, yang didukung oleh insentif fiskal yang kompetitif dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal," tutur Jokowi.
Lalu, bauran antara fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan dijaga untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada di sekitar Rp16.100 per dolar AS, suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun berada di 7,1 persen.
"Pemerintah akan selalu responsif terhadap dinamika moneter dunia," sambungnya.
Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan berada pada 82 dolar AS per barel.
Lifting minyak diperkirakan mencapai 600 ribu barel per hari dan gas bumi mencapai 1,005 juta barel setara minyak per hari.
(Tribunnews.com/Deni/Dennis)