"Memang debu GAK-nya sampai ke sini (Kalianda). Mobil saya di luar, tapi tidak ada jejak bekas debu pasir di di atasnya," kata Eko.
Umar, penggiat Pokdarwis Pulau Sebesi mengatakan, dalam dua hari ini memang debu dari aktivitas vulkanik GAK terbawa angin ke arah selatan. Hingga menjangkau Pulau Sebesi.
"Memang debu pasirnya banyak dua hari terakhir. Karena kebawa angin ke arah selatan," kata dia.
Umar mengatakan debu Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terbawa cukup tebal dan terasa agak panas.
Sehingga cukup mengganggu aktivitas warga di Pulau Sebesi. Terutama pada pernapasan dan mata.
Ia mengatakan warga lebih banyak berdiam diri di dalam rumah. Karena debu GAK yang terbawa angin cukup tebal hingga sampai ke Pulau Sebesi.
Sejauh ini belum ada bantuan untuk masker kepada warga di Pulau Sebesi.
"Belum ada bantuan masker. Warga lebih banyak berdiam di rumah. Karena memang debu GAK tidak masuk rumah. Kalau di luar kerasa panas. Terutama pada mata dan juga mengganggu pernafasan," jelas Umar.
Warga Pulau Sebesi pun berharap ada bantuan masker bagi warga dan juga pelindung mata. Sehingga warga bisa beraktivas. Seperti anak sekolah tetap bisa berangkat ke sekolah.
Terkait persoalan ini, Kepala Dinas Kesehatan Lampung Selatan Jimmy B Hutapea meminta warga agar memakai masker sebagai langkah antisipasi.
"Lebih baik menggunakan masker. Karena kalau sampai terhirup debu dari gunung api bisa menyebabkan ISPA," terangnya.
Dinas Kesehatan juga telah meminta kepada puskesmas pembantu di Pulau Sebesi untuk membagikan masker kepada warga setempat. Mengingat Pulau Sebesi merupakan pulau berpenghuni yang cukup dekat dengan GAK.
Angin Kencang
Kepala Pos Pantau GAK di Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Andi Suardi mengatakan, ada kemungkinan debu pasir yang jejaknya terlihat di teras-teras rumah warga itu merupakan debu dari aktivitas GAK.