Alhamdulillah, kondisi itu bisa teratasi. Selama itu doa yang terus saya panjatkan adalah meminta tetap diberi kesehatan dan kekuatan agar bisa terus melindungai dan mengayomi semua. Sekuat tenaga. Dan saya bersyukur, kita bisa melewati itu semua dengan baik.
Sepanjang pandemi, pengalaman apa yang tidak bisa Anda lupakan?
Saya paling tidak bisa lupa adalah kepergian Cak Nur (Wakil Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin). Sahabat saya, kawan saya, sehari-hari bersama. Dia kalah berperang melawan Covid-19.
Dia sangat dekat dengan saya. Berbagai hal selalu disampaikan, karena sehari-hari kami bersama. Kami saling mengisi dan saling menguatkan. Beliau orang baik, tidak pernah sakit hati, dan tidak pernah menyakiti orang lain.
Almarhum sempat cerita saat sedang sakit?
Ya, dua hari sebelum meninggal dunia, Cak Nur masih bersama saya. Kemudian dia ke Jakarta dan pulangnya itu langsung ambruk. Sakit, kemudian meninggal dunia di RSUD Sidoarjo.
Pas di Jakarta, dia sempat telepon. Bilang ke saya, “Ndan, saya gak enak badan, lemas, dan suara saya juga serak-serak,” katanya saat itu.
Ketika itu saya berusaha menguatkannya. Saya bilang, sampeyan harus kuat Cak. Jangan lemah, ayo lawan terus.
Tapi saya juga tawarkan untuk melakukan swab, untuk mengetahui jika ternyata kena covid. Cak Nur tidak bersedia, dia memilih rapid saja. Dan ketika itu hasilnya negatif.
Mungkin ketika itu badannya capek, aktivitas tinggi dan terus dipaksakan, kemudian berpengaruh terhadap imun tubuhnya. Sampai akhirnya Cak Nur terpapar, dan meninggal dunia.
Bagaimana dengan Anda?
Kematian Cak Nur membuat saya drop. Saya benar-benar down saat itu. Malam hari saya langsung swab. Keesokan harinya juga swab lagi. Saya campur ketakutan juga, padahal saya yang memberi semangat.
Tapi sekali lagi, saya bersyukur kepada Allah. Saya masih diberikan kesehatan sehingga bisa mengemban amanah ini. Menjalankan tugas-tugas saya.
Baru-baru ini ada larangan mudik, bagaimana evaluasi di Sidoarjo?
Yang pertama, saya apresiasi dan saya berterima kasih untuk masyarakat sidoarjo. Saya evaluasi, ketika ada larangan, warga minim sekali yang keluar dari Sidoarjo. Indikatornya jelas. Dari suasana jalan dan beberapa titik yang sudah kita tentukan untuk melakukan deteksi.