Selama Lebaran, warga Sidoarjo banyak yang tetap bertahan di sini. Mengikuti anjuran pemerintah. Ini juga indikatornya jelas. Pasar-pasar, mal, dan sejumlah pusat keramaian tetap berjalan normal. Tidak seperti ketika menjelang dan selesai Lebaran tahun-tahun sebelumnya.
Bagaimana dengan orang yang masuk ke Sidoarjo?
Ini juga hasil evaluasi kami, tidak banyak warga luar yang masuk ke Sidoarjo. Karena di beberapa titik sudah disekat, yang ketahuan dari luar dan hendak mudik, langsung kita putar balik.
Kalau ada yang ngeyel, kita rapid antigen. Kemudian dikasih dua pilihan. Putar balik atau tetap ke Sidoarjo, tapi dikirim ke tempat karantina sampai libur Lebaran selesai.
Di beberapa wilayah kerap ada warga ngeyel, bagaimana pesan Anda kepada anggota di lapangan?
Setiap apel dan di beberapa kesempatan selalu saya ingatkan, semua anggota harus sabar dan iklas. Ini memang tugas berat. Saya wanti-wanti, jangan ada yang terbawa emosi. Meski dimaki dikata-katain, saya perintahkan untuk tidak melawan.
Tapi saya pesan kepada anggota agar mendokumentasikan itu melalui video di smartphone. Agar dilaporkan ke saya. Untuk jadi evaluasi terhadap internal kami, serta evaluasi untuk masyarakat juga.
Sejak Awal Januari, vaksinasi sudah dimulai, di Sidoarjo, apakah ada warga yang menolak vaksin?
Vaksinasi memang membutuhkan edukasi yang sungguh-sungguh. Karena ada juga masyarakat yang menganggap bahwa vaksinasi hanya abal-abal, palsu, dan sebagainya.
Tapi faktanya, di Sidoarjo semakin hari semakin banyak warga yang divaksin. Bahkan mereka berburu ingin divaksin.
Kenapa? Salah satunya saat awal vaksinasi itu kami para pejabat mengawalinya. Kami disuntik, kemudian kami menyampaikannya ke masyarakat. Buktinya kami aman-aman saja, sehingga masyarakat juga percaya.
Kita tidak tahu, pandemi ini sampai kapan. Sebagai garda terdepan, apa yang Anda lakukan untuk tetap mengingatkan masyarakat agar selalu taat protokol kesehatan?
Pertama adalah edukasi dan sosialisasi. Kita harus terus cuap-cuap ke masyarakat, jangan sampai kendor. Siapa pun pemimpinnya, jangan pernah bosen untuk terus mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya prokes.
Kedua adalah penegakan hukum. Dengan tilang atau tipiring, warga menjadi taat dan tertib. Semakin ke sini, semakin sedikit yang melanggar.
Saya sudah mengevaluasi ini. Sehebat-hebatnya kita berkreasi, seperti menghukum dengan hormat bendera, menyapu jalan, menyapu masjid, bersih-bersih kuburan, dan sebagainya, buktinya tidak ada efek. Tetap saja banyak yang melanggar.