Mulai menunggu ambulans lain datang hingga meminta bantuan kendaraan yang melintas.
Sejumlah mobil yang ditahan tak mau berhenti untuk memberikan tumpangan.
Selanjutnya, tak berapa lama, taxi online Maxim melintas dan memberikan tumpangan ke RSUD Kota Kendari.
Dalam taksi online, bayi tidak diberikan oksigen lantaran tabung yang di dalam ambulan berukuran besar dan tidak bisa diangkut dengan mobil.
Sekira lima menit kemudian tiba di RSUD Kendari, petugas medis menyatakan bayi tersebut sudah meninggal dunia.
Jenazah bayi kemudian dibawa kembali ke Puskesmas Poasia dengan mobil pribadi.
Baca juga: Temuan Janin Bayi di Saluran Air Hotel Kawasan Bogor, Polisi Periksa 7 Saksi dan CCTV
Penjelasan pihak dokter
Direktur RSUD Kendari, dr Sukirman membantah, bayi meninggal dunia karena terlambat mendapatkan pertolongan medis.
Ia menyebut, anak pasangan Fandi dan Juli meninggal karena kondisinya mengalami gangguan sejak sebelum lahir.
Ibu dari bayi tersebut mengalami serotinus.
Kehamilan serotinus atau juga disebut postterm merupakan kehamilan lewat waktu dengan umur kehamilan selama 294 hari (42 minggu).
"Di mana kondisinya sejak sebelum lahir memang sudah gawat janin. Seharusnya sang ibu melahirkan bulan lalu, tapi tidak ada tanda-tanda mau melahirkan," kata Sukirman.
"Jadi bukan keterlambatan penanganan. Bukan karena mogok mobilnya, tapi karena memang pasien ini sudah mengalami kelainan sejak lahir, namanya pasien patologis, serotinus," sambungnya.
Ia menambahkan, karena sakit yang diderita ibunya, bayi tersebut harus mengalami asfiksia sejak lahir.