Melainkan hanya ingin melarikan diri.
"Bedakan antara motif membunuh dan motif mutilasi. Motif membunuh bisa saja karena dendam, marah luar biasa atau ekonomi," kata Adrianus saat dihubungi Warta Kota, Senin (1/1/2024).
"Paska kematian, pelaku bisa melakukan beberapa cara, salah satunya adalah mutilasi. Dengan cara ini, maka pelaku tidak perlu lari dan bisa bersikap biasa," lanjutnya.
Adrianus memandang bahwa dalam kasus tersebut, motif yang mendasari Lodewyk tega menghabisi nyawa korban adalah rasa kesal dan marah yang luar biasa pada istrinya.
"Setelah membunuh dan melakukan mutilasi, pelaku pun puas dan mengakui perbuatannya. Jadi, rasa marah luar biasalah yang diduga menjadi pemicu kekerasan ekstrim ini," ungkap dia.
Adrianus menyampaikan bahwa tiap orang memiliki cara sifat dan sikap yang berbeda dalam memandang sesuatu dan menyelesaikan sebuah masalah.
Begitupula dalam kasus mutilasi yang dilakukan oleh Lodewyk. Ambisinya yang tinggi karena didasari rasa marah luar biasa, membuatnya nekat menghabisi nyawa istrinya sendiri.
"Pada konteks kasus ini, kemungkinan pelaku memganggap rumah tangga sebagai sesuatu yang amat penting sehingga harus direspons amat serius," kata Arianus.
Bahkan menurutnya, kasus kriminal tersebut sangatlah khas dan khusus lantaran hanya 0,0005 persen kemungkinannya.
Kendati demikian, Adrianus berharap ke depannya tidak akan ada lagi kasus tragis seperti itu lagi.
"Kasus seperti ini amat khas dan khusus. Jadi, biarkan ini menjadi kasus yang mungkin ke depan akan ada lagi, namun tidak pernah banyak. Mungkin cuma 0.0005 persen ," ungkap Adrianus.
"Yang penting sebagian besar orang tidak demikian, saat marah pun tidak berbuat macam-macam," ujarnya,
Sumber: Kompas.TV/Tribun Jatim/Warta Kota