Ia sendiri warga Kampung Panyumputan Desa Bantarpanjang sedangkan kebunnya berlokasi di wilayah Kampung Cigirang, Desa Neglasari.
"Sudah hampir sebulan saya menyeberangi jembatan gantung yang miring ini setiap hari," ucap Wahyu di pinggiran sungai Cikaso Desa Bantarpanjang dikutip dari Kompas.com.
Menurut dia, sebelumnya jembatan gantung di atas aliran Sungai Cikaso ini terbuat dari bambu.
Namun karena tidak kuat, akhirnya dibangun pemerintah dengan material besi.
"Kasihan anak-anak yang ke sekolah dan ibu-ibu. Kami berharap jembatan segera diperbaiki," kata Wahyu.
Leni Sumarni (40), seorang guru SDN Cibadak di Desa Neglasari mengatakan dirinya terpaksa menyeberangi jembatan gantung yang miring setelah rusak diterjang banjir bandang Sungai Cikaso sekitar tiga minggu lalu.
"Setiap mau melintas jembatan hati tidak tenang, berdebar juga karena takut nyemplung ke sungai," aku Leni saat berbincang kepada awak media sebelum menyeberangi jembatan miring.
Menurutnya, ia tinggal di Kampung Pamoyanan Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampangtengah, sedangkan bekerja sebagai guru di SDN Cibadak yang berlokasi di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong.
Untuk pergi mengajar, lanjut Leni, sekarang ini setiap hari harus menyeberangi jembatan rusak yang sudah miring.
Karena kalau melalui jalur lain lumayan jauh dan kondisi jalannya rusak parah.
"Kalau menyeberangi jembatan ini hanya sekitar setengah jam, kalau jalan lain waktu tempuh sampai tiga jam," tutur Leni.
Rusak sejak awal Juli 2024
Ketua Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) Neglasari, Kecamatan Lengkong, Asri Suardi jembatan itu ternyata sudah putus sejak awal Juli 2024.
Asri juga menerangkan, jembatan putus tersebut akibat luapan air sungai yang menghantam jembatan penghubung dua kecamatan itu.
“Iya betul (ada jembatan putus), selain itu ada sawah, ladang yang terdampak akibat luapan air sungai,” kata Asri saat dihubungi Kompas.com via sambungan telpon, Senin (22/7/2024).