"Dia sekarang piara ayam. Setelah besar, dia jual dan Minggu lalu juga pergi ke pasar beli baju. Sudah baik sekali sekarang intinya rutin minum obat," ujarnya.
Bukan Hanya ODGJ
Program Sahabat Sehat tidak hanya menyasar ODGJ, tetapi juga menangani masalah kesehatan lainnya, seperti pasien hipertensi, bayi stunting, penyandang disabilitas dan pasien-pasien lainnya.
“Kalau di saya punya sahabat sehat itu ada kasus hipertensi, ODGJ, dan stunting. Saya punya ada 40-an lebih KK sahabat sehat,"ujar Densi.
Hal senada disampaikan Bidan Desa Kopong, Emiliana Stefania Daora yang bersama-sama Densi merawat pasien di wilayahnya.
"Kalau saya punya itu ada satu orang disabilitas, tidak bisa jalan, bicara susah. Sekarang ayahnya yang jaga anak itu sedangkan mamanya jualan di pasar. Kami rutin kunjungan rumah,” jelasnya.
Di Desa Kopong, ada 14 bayi dan balita masuk kategori stunting. Emiliana pun melakukan kajian dan intervensi, dalam koordinasi dengan pemerintah desa setempat.
"Desa sangat peduli dengan program sahabat sehat. Di Desa itu untuk intervensi stunting dapat makanan tambahan dan setiap hari kami kontrol orang tua,” kata dia.
Emiliana dan timnya rutin mengecek kondisi bayi. Sekali dalam dua minggu, dia akan memantau dan mengecek berat badan bayi penderita stuting.
Diakuinya, kolaborasi dengan pemerintah desa menjadi kunci yang paling tepat dalam mengatasi masalah kesehatan di tingkat desa.
Pemerintah Desa Kopong selalu menyiapkan anggaran untuk intervensi masalah kesehatan.
"Kalau kolaborasi dengan pemerintah desa itu, mereka beli stik untuk tes gula garah, kolestrol, dan asam urat. Dukungan untuk kami sangat bagus di sini, begitu juga dukungan untuk remaja. Kami ada pengukuhan remaja dan kalau kerja bakti juga pemerintah desa sangat mendukung,”ujarnya.
Dia bersyukur karena masyarakat semakin sadar untuk menjaga kesehatan. Bahkan masyarakat secara mandiri untuk melakukan upaya pencegahan.
“Kami bicara terus setiap saat, jadi kesadaran masyarakat semakin meningkat. Jadi ya kami senang,” tandasnya.
Sahabat Sehat Jadi Solusi
Kepala Puskesmas Kewapante, Theresia Angelina Bala menjelaskan, program Sahabat Sehat berawal dari fenomena pergeseran nilai pelayanan kesehatan.
Sejalan dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (Pis-Pk), jelas Angelina, tenaga kesehatan sudah dipandang sebagai sahabat.
“Sahabat itu orang yang selalu berada bersama dalam keadaan suka maupun duka dan itu menjadi roh dalam pelayanan para tenaga kesehatan di Puskesmas Kewapante,” kata Angelina.
Pendekatan keluarga dengan filosofi sahabat ini dijalankan melalui kunjungan rumah yang terjadwal maupun tidak terjadwal, ujar Angelina.
Dia menjelaskan, pertemuan intens antara Nakes dan keluarga akan menumbuhkan kedekatan yang secara psikologis diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
Para Nakes disebut sebagai “Sahabat Sehat “ dan keluarga menjadi “Sahabat” para Nakes.
Pendekatan keluarga yang diharapkan dalam model ini, lanjut Angelina, adalah pendekatan keluarga yang berkualitas, holistik, dan terintegrasi.
Kata Angelinna, dari sisi kuantitas kunjungan tenaga kesehatan ke rumah terus dibina antara petugas dan masyarakat.
Sementara dari sisi kualitas, kunjungan ke keluarga akan membawa sesuatu yang sangat positif sekaligus mengubah citra masyarakat, baik dalam pelayanan maupun khusus untuk tenaga kesehatan itu sendiri.
Filosofi Sahabat Sehat
Inovasi sahabat sehat yang digalakkan oleh Puskesmas Kewapante mengandung nilai-nilai penting di dalamnya. Angelina menjelaskan hal itu dalam bahasa Sikka.
“Jadi, datang logu lowot (datang mengecek dengan baik dan satu persatu), lako Lalong (sering datang mengunjungi), bibo Babong (sering ngobrol), setelah itu ada kula Kameng (memberikan solusi) ini filosofi sahabat," jelasnya.
Dengan empat pendekatan tersebut, para Nakes di Puskesmas Kewapante bukan hanya melayani pengobatan tetapi sudah mempunyai kedekatan emosional dengan masyarakat atau pasien.
Secara praktis, pihak Puskesmas mendistribusikan 73 tenaga kesehatan ke delapan wilayah desa yang menjadi bagi dari wilayah kerja Puskesmas Kewapante.
Masing-masing desa mendapatkan jatah delapan hingga 10 Nakes. Penyebaran Nakes dibagi berdasarkan domisili, tempat tugas, dan pertimbangan lain yang disepakati dalam tim desa.
Masing-masing desa, tutur Angelina, dipimpin oleh seorang koordinator wilayah (Korwil). Korwil inilah yang mendistribusikan Nakes setiap rukun tetangga (RT).
“Dalam kondisi tertentu satu Nakes bertanggung jawab terhadap dua-tiga RT. Semua warga yang ada di wilayah Nakes tersebut menjadi tanggung jawabnya dan disebut sebagai sahabat Nakes,” jelasnya.
Masing-masing Nakes wajib mengenal warga yang menjadi sahabatnya di wilayah RT, mulai dari kepala keluarga sampai dengan anggota keluarganya masing-masing.
Praktik Sahabat Sehat mulai berjalan di Puskesmas Kewapante sejak September 2020. Sebagai langkah awal, pihak Angelina mendata sahabat sehat integrasi Pis-Pk, kemudian menganalisis data, hingga menentukan intervensi atau upaya terarah melalui wadah Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Sahabat sehat mempunyai peran sebagai petugas pembina keluarga, tim pembina keluarga, dan fasilitator pembina keluarga.
Model pendekatan sahabat sehat dapat mengintegrasikan semua program di Puskesmas, kata Angelina.
Semua Nakes akan belajar bersama dan saling berbagi antara satu program dengan program yang lain.
“Ketika sahabat Nakes mengalami masalah kesehatan dengan penyakit hipertensi, maka Nakes akan berusaha memahami secara utuh melalui diskusi dengan dokter,” jelasnya
Begitu pula dengan masalah kesehatan lainnya. Bidan tidak hanya mengurus masalah kebidanan tetapi juga bisa belajar masalah kesehatan lainnya sesuai masalah yang dialami sahabatnya.
"Di sinilah para Nakes diajarkan untuk saling berbagi tanpa ada ego program,"tutur Angelina.
Dia mengatakan pihaknya berkolaborasi dengan pemerintah setempat terutama pemerintah desa. Sejumlah desa menyiapkan dana desa untuk intervensi masalah kesehatan di wilayah itu.
"Kepala desa dan ketua BPD terlibat dalam kebijakan untuk menyelesaikan masalah kesehatan di wilayahnya," ujarnya.
Dampak Program
Angelina bilang inovasi sahabat sehat berdampak positif bagi urusan kesehatan masyarakat. Mulai dari SPM bidang kesehatan yang naik signifikan hingga intervensi dana desa bagi masalah kesehatan di tinggkat desa.
“Ada gotong royong komunitas berupa arisan jamban, arisan usaha ekonomi produktif. Kemudian terlayaninya kelompok marginal, ODGJ, disabilitas, lansia, duda, janda, remaja putus sekolah,” urainya.
Kini, Inovasi sahabat sehat direplikasi untuk diberlakukan di 25 Puskesmas se-Kabupaten Sikka yang ditandai dengan peluncuran Sahabat Sehat di Sikka Convention Center pada Oktober 2021.
“Semoga model pendekatan sahabat sehat dapat menjawab semua masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kewapante dan sangat mungkin juga masalah lain di luar masalah kesehatan,” pungkasnya.(Tribunnews.com/TribunFlores.com/Gordy Donovan)
CEK TEKANAN DARAH - Densi dan Emiliana sedang mengecek tekanan darah Dus Nong, pasien ODGJ di Desa Kopong, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Senin 28 Oktober 2024.