Ada lagi istilah “kupi jelobok” yaitu seduhan kopi pada air mendidih yang membentuk gelembung-gelembung air. Kopi mendidih (jelobok) kemudian dituang dalam cangkir dan siap diminum apakah dengan cara “kertub” dengan gula arena tau dicampur dengan gula putih.
Minum kopi hasil “coffee maker” adalah cara ‘ngopi’ baru di Gayo. Masyarakat Kota Takengon bisa menikmati cara minum kopi seperti ini di tempat-tempat tertentu.
Kopi bagi masyarakat Gayo adalah kehormatan. Tiap rumah tangga di Gayo selalu menyediakan menu kopi dan menjadikan hidangan kepada tamu.
“Kita tidak boleh menolak suguhan kopi apabila sedang bertamu,” kata Ibrahim Kadir mengigatkan.
Menolak suguhan kopi, sama dengan telah menghina dan tidak menghormati tuan rumah. Itulah sebabnya, saat berada di Gayo, kita bisa minum bergelas-gelas kopi dalam sehari.
“Tak perlu kuatir, kopi Gayo adalah kopi asli dan bebas campuran. Sama sekali tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan,” kata Ibrahim Kadir yang terbiasa minum kopi sebelum tidur.
Kopi adalah minuman pengusir hawa dingin. Panggung pertunjukan seni “didong jalu” atau didong tanding yang berlangsung satu malam suntuk pasti dilengkapi suguhan “kopi malam.”
Dari hitam kopi mengalir syair sampai pagi. Didong merupakan kesenian tradisional Gayo yang paling diminati, dipanggungkan dengan cara bertanding puisi antara dua grup didong. Masing-masing grup beranggotakan 30 pendukung, terdiri dari penyair atau ceh dan tukang tepuk atau penepok.
Ditulis Fikar W Eda
Jurnalis Serambi Indonesia sekaligus pecinta dan pegiat kopi asal Gayo