Marak Startup Berguguran, John Riady:Usaha Rintisan Masih Sangat Membutuhkan Likuiditas yang Tebal
IPO masih menyisakan problem mendasar saham startup yang harus bertarung dengan ekspektasi publik, serta likuiditas pasar.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
MVS yang berlaku dalam jangka waktu tertentu itu diharapkan memproteksi visi dan strategi inovasi usaha rintisan yang digagas para pendiri, meskipun startup telah dimiliki publik.
“Langkah otoritas, baik bursa maupun OJK saling melengkapi. Satu sisi pasar akan tetap bergairah dengan habitat khusus new economy, usaha rintisan pun semakin percaya untuk melantai karena tidak kehilangan kendali inovasi,” tambah John.
Persoalannya, walau banyak dilakukan usaha rintisan di luar negeri, IPO hanya salah satu cara usaha rintisan menopang pendanaan.
IPO masih menyisakan problem mendasar saham startup yang harus bertarung dengan ekspektasi publik, serta likuiditas pasar.
“Persoalan fundamental lainnya yakni seberapa besar impact inovasi yang solutif terus diciptakan oleh startup tersebut,” papar John.
Berkaca pada indeks S&P 500 Information Technology Sector outperform, selama 2014 hingga 2021, saham perusahaan teknologi mengantongi kenaikan mencapai 422 persen (22,9 persen per tahun).
Torehan itu memang lebih tinggi dibandingkan indeks S&P 500 yang naik 158 persen (12,6 persen per tahun).
Baca juga: Startup B2B Ini Berhasil Digitalisasi 1,5 Juta Pelaku Usaha di 9 Kota
Namun demikian, reli saham teknologi mulai memudar sejak akhir 2021 hingga sepanjang tahun berjalan 2022. Kini, kesenjangan kinerja saham teknologi dengan penghuni indeks S&P 500 semakin melebar.
Hal serupa, kata John, juga terjadi di dalam negeri. Dari IPO beberapa perusahaan teknologi dengan status unicorn, malah menghadapi koreksi pasar yang cukup dalam.
Di sisi lain, kenyataan demikian memang tak dapat dihindarkan. “Yang terpenting, usaha rintisan itu tetap memiliki prospek dan inovasi yang menjanjikan serta memberikan solusi,” jelas John.
Dia mengungkapkan sebagai investor startup melalui Venturra Capital, hal terpenting dari usaha rintisan adalah valuasi serta forecast future.
Sebagaimana dilakukan Lippo Group dalam upaya mengembangkan berbagai usaha rintisan, prinsip mendasar adalah mencari dan menyeleksi mitra yakni para founder serta startup yang mempunyai visi menyelesaikan persoalan masyarakat.
“Artinya, selama startup itu menawarkan solusi kepada masyarakat dan mengembangkan inovasi yang selalu relevan, maka akan tetap memiliki prospek cerah,” pungkas John.