IMF: Kesenjangan Antara Kaya dan Miskin Melebar Karena Ketidakadilan Vaksin
Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan kesenjangan pemulihan negara maju dan negara berkembang makin melebar lantaran ketidakadilan vaksin
Editor: hasanah samhudi
Di negara-negara berpenghasilan rendah, kurang dari 1 persen populasi telah menerima satu dosis. Negara-negara berpenghasilan rendah terutama mengandalkan COVAX dan African Vaccine Acquisition Trust, yang telah mengirimkan kurang dari 100 juta dosis ke sekitar 90 negara.
Baca juga: IMF: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia -0,3 Persen Pada Tahun Ini
Baca juga: IMF: Ekonomi Dunia Masuki Resesi Terburuk Dibanding Krisis Keuangan Global
Lebih buruk lagi, negara-negara miskin dan bahkan pasar negara berkembang tidak memiliki akses ke dana yang diperlukan untuk membuat perekonomian kembali sehat.
Ekonomi maju, di sisi lain, melewati 4,6 triliun dolar AS dalam dukungan fiskal untuk tahun 2021 dan seterusnya. Di negara berkembang, sebagian besar tindakan berakhir tahun lalu.
Dan beberapa pasar negara berkembang seperti Brasil, Hongaria, Meksiko, Rusia, dan Turki juga mulai menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi yang melonjak yang dipicu oleh kemacetan rantai pasokan saat ekonomi dibuka kembali. Suku bunga yang lebih tinggi mendinginkan pertumbuhan ekonomi.
“Pandemi yang memburuk dan kondisi keuangan yang semakin ketat akan menimbulkan pukulan ganda bagi pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang dan sangat menghambat pemulihan mereka,” kata Gopinath.
Proposal staf IMF senilai 50 miliar dolar AS mencakup tujuan untuk memvaksinasi setidaknya 40 persen orang di seluruh dunia pada akhir 2021 dan 60 persen pada pertengahan 2022, bersama dengan diagnostik dan terapeutik.
Baca juga: IMF: Permintaan Minyak Global Diprediksi Mencapai Puncak Tahun 2041
Proposal ini didukung bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia, dan Bank Dunia.
IMF juga menekankan perlunya likuiditas internasional untuk memerangi krisis, mengusulkan untuk mengalokasikan 650 miliar dolar AS dari mata uang cadangannya untuk membantu negara-negara mendanai kebutuhan pengeluaran mereka. (Tribunnews.com/UPI/Aljazeera/Hasanah Samhudi)