Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil USS Georgia, Kapal Selam AS yang Tembakkan Rudal Tomahawk ke Benteng Houthi di Hodeidah Yaman

Hebatnya, USS Georgia dapat bertahan di bawah air hampir tanpa batas waktu. Dilengkapi dengan hingga 154 rudal jelajah Tomahawk dan torpedo Mk 48.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Profil USS Georgia, Kapal Selam AS yang Tembakkan Rudal Tomahawk ke Benteng Houthi di Hodeidah Yaman
tangkap layar/James Kimber/Angkatan Laut AS
Kapal selam kelas Ohio USS Georgia yang dikirim Amerika Serikat ke kawasan Timur Tengah. 

Bergantung pada versinya, jangkauan operasionalnya berkisar antara 1.250 hingga 2.500 km. Dengan visibilitas radar yang rendah dan kemampuan manuver yang tinggi, rudal ini ideal untuk menargetkan lokasi yang terlindungi dengan baik.

Kapal selam kelas Ohio USS Georgia
Kapal selam kelas Ohio USS Georgia yang dikirim Amerika Serikat ke kawasan Timur Tengah.

Alasan AS Kirim USS Georgia ke Timur Tengah

Pada tanggal 10 September, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan pengerahan kapal selam USS Georgia ke Timur Tengah, yang bertujuan untuk memperkuat kehadiran militer AS di wilayah tersebut. Austin menyatakan bahwa pengerahan ini “sangat penting untuk menunjukkan komitmen kami kepada sekutu regional dan menjaga stabilitas dalam lingkungan yang dinamis.”

Jenderal Kenneth McKenzie, yang memimpin Komando Pusat AS, mendukung langkah tersebut, dengan menekankan bahwa “upaya USS Georgia memungkinkan respons cepat terhadap potensi ancaman dan memperkuat strategi pertahanan kami.” 

Di tengah pengerahan USS Georgia baru-baru ini ke Timur Tengah, beberapa analis menyuarakan kekhawatiran tentang potensi meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.

Dr. Elizabeth Smith, seorang analis hubungan internasional dan mantan penasihat Departemen Luar Negeri AS, mencatat, “Tindakan-tindakan ini dapat meningkatkan ketegangan tidak hanya dengan musuh AS tetapi juga dengan sekutu kita, yang mungkin memandang peningkatan kehadiran militer ini sebagai ancaman.”

Ia lebih lanjut menyarankan, “Kita harus mempertimbangkan diplomasi sebagai alat utama untuk pencegahan konflik, daripada hanya mengandalkan tanggapan militer.

Pakar lain menekankan potensi bahaya dari perilaku agresif di kawasan tersebut.

BERITA REKOMENDASI

Dr. Mark Johnson, Direktur Jenderal Pusat Studi Strategis, mencatat, “Keterlibatan AS di Timur Tengah harus lebih seimbang untuk mencegah meningkatnya ketegangan.

Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa para pejabat harus memprioritaskan “membentuk aliansi dan membina kerja sama dengan negara-negara lokal daripada sekadar memamerkan kekuatan militer.

Menurut Johnson, “tindakan yang dianggap sebagai tantangan dapat memicu serangkaian respons yang tidak terduga dan berbahaya.” 

Respons Houthi

Kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, secara vokal menentang pengerahan USS Georgia di Timur Tengah. 

Juru bicara Houthi, Mohammed Abdusalam, mengkritik aktivitas militer AS, dengan menyatakan, “Ini merupakan upaya AS lainnya untuk menggunakan pengaruhnya di kawasan tersebut melalui ancaman dan kehadiran militer, yang hanya akan menambah ketidakstabilan lebih lanjut.”

Ia menekankan bahwa “menyelesaikan ketegangan regional memerlukan dialog dan menghormati kedaulatan negara, bukan solusi militer.

Kelompok Houthi juga telah mengeluarkan peringatan tentang potensi pembalasan terhadap meningkatnya aktivitas militer AS.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas