Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Nilai Debat Cawapres Pertontonkan Antara Strategi Komunikasi Suportif, Defensif dan Gimik

Pengamat politik dari Universitas Jember, Muhammad Iqbal mengatakan dalam komunikasi debat, terdapat dua strategi yang lazim digunakan.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Pengamat Nilai Debat Cawapres Pertontonkan Antara Strategi Komunikasi Suportif, Defensif dan Gimik
Foto Kolase Tribunnews.com
Debat cawapres Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka dan Mahfud MD. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Jember, Muhammad Iqbal mengatakan dalam komunikasi debat, terdapat dua strategi yang lazim digunakan yakni komunikasi suportif dan defensif.

Komunikasi suportif lebih mendorong diskusi yang setara dan terbuka. Sedangkan komunikasi defensif menonjolkan siasat menjatuhkan lawan ketimbang adu gagasan.

Hal ini disampaikan Iqbal dalam memandang jalannya debat keempat Pilpres 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1) lalu.

Menurutnya apa yang dilakukan cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka cenderung komunikasi defensif.

"Apa yang dilakukan oleh Gibran dengan lebih banyak menanyakan terminologi itu justru cenderung kepada defensif. Artinya, strategi untuk bagaimana melontarkan istilah atau terminologi yang sifatnya cenderung demonstratif," kata Iqbal kepada wartawan, Rabu (24/1/2024).

Dalam debat keempat kemarin, menurut Iqbal, Gibran cenderung sibuk menampilkan gimik.

Di lain sisi, dua cawapres lainnya, Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar terlihat lebih substansial dalam beradu gagasan.

BERITA TERKAIT

"Cara yang dilakukan Pak Mahfud dan Cak Imin itu tampak jelas sudah berupaya untuk menguasai paradigma dari kebijakan dari tema debat yang tentang pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup, agraria, pertanian, masyarakat adat dan desa. Gibran, menurut saya tidak dalam menyampaikan sudut pandang paradigma kebijakan atau level pada policy maker," ucap Iqbal.

Adapun dalam salah satu segmen debat, Gibran sempat melontarkan pertanyaan mengenai greenflation atau inflasi hijau kepada Mahfud tanpa merinci penjelasan terminologi itu.

Serupa, pada segmen kelima debat, Gibran menanyakan alasan tim kampanye paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) menggaungkan soal maksimalisasi penggunaan lithium ferrophosphate (LFP) dalam baterai kendaraan listrik. Tapi Gibran irit penjelasan soal LFP.

Iqbal memandang taktik Gibran dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan lebih untuk menjebak kandidat lain di atas panggung debat.

Sementara Mahfud terlihat memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang lebih mumpuni. Sedangkan Muhaimin tampak memperlihatkan kecerdasan situasional.

Hal ini kata dia, terlihat saat Mahfud dan Muhaimin tetap tenang saat menerima sindiran dari Gibran. Keduanya secara elegan juga bisa mengembalikan serangan Gibran dengan kritik tersirat.

"Prof Mahfud memang sempat terpancing emosi ketika ditanya greenflation. Tetapi, dia dengan kematangannya tetap sabar dan tidak mau meladeni. Gibran juga menyerang Cak Imin yang menjawab dengan contekan. Justru dengan sangat tenang dan santai, Cak Imin menjawab, 'Iya, saya memang melihat catatan. Tapi, yang penting ini bukan catatan Mahkamah Konstitusi'," kata Iqbal.

Baca juga: Debat Gibran & Mahfud Soal Greenflation Dinilai Tidak Memberikan Konteks, Pengamat: Jatuhnya Gimik

Iqbal pun menganggap wajar jika performa debat Gibran berbuah banjir kritik sebagaimana terlihat di sosial media.

Menurutnya jalannya debat pilpres paling tidak berpengaruh pada 3-7 persen elektabilitas bergantung pada performa kontestan di atas panggung.

"Debat itu paling tidak punya pengaruh tiga sampai tujuh persen. Publik yang bersentimen negatif saya kira wajar," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas