Prabowo Bisa Pilih Sipil Profesional Jadi Kepala BIN, Tak Mesti Berlatar Belakang Militer
Posisi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang sangat vital dalam pemerintahan. Apakah Prabowo akan memilih Kepala BIN dari TNI atau Polri?
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Adi Suhendi
Sherman Kent berpendapat bahwa seorang kepala lembaga intelijen haruslah orang yang profesional dan memiliki kapastitas di bidangnya, serta bebas dari kepentingan politik.
Kent beralasan, jika pimpinan intelijen mempunyai motif politik pribadi, maka hasil analisanya akan bias dan cenderung memihak pada kepentingan yang dekat dengan afiliasi politiknya.
Sedangkan Robert Gates justru berpendapat sebaliknya.
Menurutnya, kepala intelijen haruslah orang kepercayaan presiden dan orang yang sama garis politiknya dengan presiden.
Sebab, kepala intelijenlah yang akan memberi saran dan analisa sehari - hari untuk digunakan sebagai dasar mengambil kebijakan politik presiden.
“Keduanya memiliki argumen yang sama-sama kuat. Namun di Indonesia, semua Presiden mengikuti mahzab pemikiran Robert Gates. Sejak Soeharto hingga Jokowi, Presiden cenderung memilih Kepala BIN diisi sosok yang dipercayainya,” ujar alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia ini.
Sebagai contoh di zaman Orde Baru, kepala intelijen selalu dijabat orang kepercayaan Presiden Soeharto dan berlatar belakang militer.
Sutopo Juwono dan Yoga Soegomo adalah orang kepercayaan Soeharto dan sangat dekat dengan lingkaran keluarga Cendana.
Tidak hanya untuk posisi kepala, sejumlah nama besar yang dekat dengan Soeharto juga disisipkan dalam jabatan strategis di lingkungan intelijen.
Sebut saja Ali Moertopo yang mendampingi Sutopo Juwono sebagai Deputi Kepala BIN yang pada waktu itu masih bernama BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara).
Pada masa Presiden Megawati, Kepala BIN dipercayakan kepada Jenderal AM Hendropriyono.
Sosok Hendro bukan hanya dekat dengan Megawati, tapi juga dekat dengan PDI Perjuangan sebagai partai penguasa pada saat itu.
Hal yang sama juga terjadi di era Presiden SBY ketika menunjuk Sutanto dan Marciano Norman sebagai Kepala BIN. Keduanya merupakan orang dekat dan kepercayaan SBY.
Ridlwan menegaskan alasan memilih Kepala BIN dari orang kepercayaan adalah pilihan rasional presiden.
“BIN melayani single client yakni Presiden. Oleh sebab itu, seorang Kepala BIN harus orang yang bisa dipercaya oleh presiden. Jadi nanti sangat tergantung Presiden Prabowo untuk menunjuk figure yang sangat beliau percayai,” ujarnya.