Penjelasan Seputar Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48 di Solo: Jadwal, Awal Mula, dan Maknanya
Simak penjelasan seputar Muktamar Muhammadiyah Aisyiyah ke-48 di Solo, awal mula diadakan Muktamar Muhammadiyah, jadwal muktamar, logo dan maknanya.
Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Kaligrafi dan arsitektur melambangkan peradaban dan seni Islam yang bernilai tinggi.
Sementara, angka 8 berbentuk seperti anak panah menghadap ke atas yang melambangkan perkembangan dan tujuan organisasi.
Dalam membangun atau membangkitkan peradaban Islam yang Berkemajuan.
Berbentuk lingkaran melambangkan kontinyu tanpa putus dan melintas batas.
Semburat cahaya bersudut 48 menggambarkan energi, kekuatan, martabat, dan kecerdasan dan dapat diartikan juga sebagai simbol pencerahan yang menggembirakan dalam Muktamar ke-48.
Pancaran cahaya pada logo akan menyinari dunia sehingga menjadi rahmat bagi semesta.
Sedangkan jenis huruf, penulisan Muktamar, tema dan seterusnya menggunakan jenis future.
Artinya mempunyai karakter kokoh, modern, dan futuristik dalam spirit Islam berkemajuan untuk memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta.
Background berbentuk gunungan adalah simbolisasi dari alam semesta.
Juga menggambarkan lintas gerak cahaya (sinar) yang mencerminkan dinamisasi gerakan dakwah dan tajdid pencerahan Muhammadiyah di bumi Indonesia.
Muhammadiyah terus bergerak dinamis melewati ruang dan waktu untuk mencerahkan semesta sebagai aktualisasi Islam berkemajuan yang menyebarkan misi rahmatan lil-‘alamin.
Baca juga: 30 Link Twibbon Muktamar Muhammadiyah Aisyiyah ke-48, Beserta Cara Buat dan Bagikan di Media Sosial
Sedangkan pada logo Muktamar ke 48 Aisyiyah, adalah sebuah motif batik truntum .
Batik truntum dibuat oleh Kanjeng Ratu Kencana, Permaisuri dari Pakoe Boewono (PB) III.
Motif tersebut merupakan salah satu motif batik Solo yang paling memukau di dunia.
Trumtum berasal dari istilah Truntum Tuntum.
Artinya senantiasa bersemi dan semarak.
Polanya halus dan sederhana bermotif seperti taburan bunga bunga menyerupai kuntum melati.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka/Lanny)