Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Tentang Masjid yang Diambilalih Oleh Pelaku Bom Gereja Oikumene Sebelum Beraksi

Masjid tanpa nama yang dijadikan markas kelompok radikal di Samarinda diambil alih masyarakat. Masjid tersebut kemudian diberi nama Al Islah.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Cerita Tentang Masjid yang Diambilalih Oleh Pelaku Bom Gereja Oikumene Sebelum Beraksi
Kompas.com Kontributor Samarinda/Gusti Nara
Sempat dikuasai dan tidak boleh digunakan, Masjid tanpa nama yang menjadi markas kelompok radikal di samarinda diambil alih masyarakat. 

"Tiba-tiba dia ambil alih dengan kelompoknya itu, namanya diganti jadi masjid, dan lama-lama ditutup sama dia. Kelompok itu yang akhirnya menguasai masjid yang di dalamnya banyak ditemukan barang-barang milik teroris,” ungkapnya.

Masjid ini akan difungsikan kembali untuk ibadah dan aktivitas masyarakat lainnya, seperti belajar Al Quran.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Samarinda, Masdar Amin, mengatakan, masjid tersebut dibangun oleh masyarakat sekitar Sengkotek Loajanan.

“Masjid ini masyarakat yang bangun, artinya wajar saja kalau masyarakat kita yang pakai. Bukan mengambil alih karena ini punya masyarakat, ya kita kembalikan kepada masyarakat yang membangun masjid ini,” ujarnya.

Sebelum meledakkan bom di Gereja Oikumene, pelaku teror bom bernama Johanda alias Jo tinggal di kamar bagian belakang masjid.

“Pelaku tinggal di sini tanpa berinteraksi dengan masyarakat. Masjid pun selalu dikunci sama dia sehingga tidak ada masyarakat yang menggunakan masjid,” pungkasnya.

Sejak kelompok radikal menguasai masjid ini, warga memilih tak terlibat dalam kegiatan masjid.

BERITA REKOMENDASI

Terlebih lagi, warga merasa ada aktivitas berbeda dari pengguna masjid sebelumnya. (Kompas.com Kontributor Samarinda/ Gusti Nara)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas