Cerita Tentang Masjid yang Diambilalih Oleh Pelaku Bom Gereja Oikumene Sebelum Beraksi
Masjid tanpa nama yang dijadikan markas kelompok radikal di Samarinda diambil alih masyarakat. Masjid tersebut kemudian diberi nama Al Islah.
Editor: Sugiyarto
"Tiba-tiba dia ambil alih dengan kelompoknya itu, namanya diganti jadi masjid, dan lama-lama ditutup sama dia. Kelompok itu yang akhirnya menguasai masjid yang di dalamnya banyak ditemukan barang-barang milik teroris,” ungkapnya.
Masjid ini akan difungsikan kembali untuk ibadah dan aktivitas masyarakat lainnya, seperti belajar Al Quran.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Samarinda, Masdar Amin, mengatakan, masjid tersebut dibangun oleh masyarakat sekitar Sengkotek Loajanan.
“Masjid ini masyarakat yang bangun, artinya wajar saja kalau masyarakat kita yang pakai. Bukan mengambil alih karena ini punya masyarakat, ya kita kembalikan kepada masyarakat yang membangun masjid ini,” ujarnya.
Sebelum meledakkan bom di Gereja Oikumene, pelaku teror bom bernama Johanda alias Jo tinggal di kamar bagian belakang masjid.
“Pelaku tinggal di sini tanpa berinteraksi dengan masyarakat. Masjid pun selalu dikunci sama dia sehingga tidak ada masyarakat yang menggunakan masjid,” pungkasnya.
Sejak kelompok radikal menguasai masjid ini, warga memilih tak terlibat dalam kegiatan masjid.
Terlebih lagi, warga merasa ada aktivitas berbeda dari pengguna masjid sebelumnya. (Kompas.com Kontributor Samarinda/ Gusti Nara)