Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ini Gaya Politik Bajak Laut Ala Amerika Serikat ke Venezuela
Pesawat itu telah diterbangkan ke Miami, Florida dari Republik Dominika, sebuah negara mini yang berada di bawah kontrol kekuasaan Paman Sam.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Pada bulan Agustus 2024, AS juga mengakui pesaing utama Maduro, Edmundo Gonzalez, sebagai pemenang pemilihan presiden terbaru.
Realitasnya, Komisi Pemilihan Umum Venezuela menyatakan Nicolas Maduro kembali memenangkan pemungutan suara, yang diikuti kerusuhan di Venezuela dan berbagai kota oleh oposisi.
Washington telah memberlakukan sanksi ekonomi yang keras terhadap Venezuela dalam upaya untuk menekan negara tersebut.
Washington melarang perusahaan-perusahaan AS untuk berbisnis dengan siapa pun yang terkait dengan pemerintah Venezuela, meski belakangan ada sedikit kelonggaran terkait bisnis minyak.
Pemerintah AS juga telah membekukan aset keuangan Venezuela yang berada atau ditempatkan di bank-bank Amerika.
Kebijakan keras rezim Washington terhadap Nicolas Maduro ini adalah sikap nyata hipokritnya Amerika, dan telah berlangsung bahkan sejak era almarhum Hugo Chavez.
Chavez yang seorang Bolivarian dan tokoh terpopuler di Venezuela memilih jalan kiri, dan ini tidak disukai Amerika yang mengakomodasi raksasa-raksasa migas negara itu.
Venezuela masih bertahan pada sikapnya, termasuk ketika Nicolas Maduro terpilih sebagai Presiden menggantikan Hugo Chavez dan Pedro Carmona.
Venezuela saat ini adalah negara yang memiliki cadangan terbesar minyak bumi di dunia, selain Arab Saudi dan Kanada.
Kekayaan alam itulah secara praktis jadi pangkal dan sebab musabab mengapa Amerika sangat bernafsu mengontrol pemerintah yang berkuasa di Venezuela.
Embargo keras yang ditetapkan pemerintah AS ke Venezuela itu diikuti sekutu-sekutu kuatnya di benua Amerika maupun Eropa.
Ini menyebabkan perusahaan migas Venezuela nyaris kolaps, karena tidak bisa beroperasi dan memelihara fasilitasnya saat sanksi Amerika diterapkan.
Embargo itu juga menciptakan krisis ekonomi, menjatuhkan nilai mata uang Venezuela, memicu pengangguran tinggi, dan kesulitan ekonomi yang sangat akut.
Ekonomi Venezuela di masa sulit ini banyak tertolong oleh Rusia, China, dan Iran yang mengirim kapal-kapal tanker minyaknya dan turut membantu memperbaiki infrastruktur migas negara itu.