Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Droping Jet F-16 Belanda ke Ukraina Takkan Ubah Jalannya Perang

Belanda menghibahkan jet tempur F-16 ke Ukraina, yang diharapkan membalikkan jalannya perang melawan Rusia.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Droping Jet F-16 Belanda ke Ukraina Takkan Ubah Jalannya Perang
Layanan Pers Kepresidenan Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersama rombongan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte melihat jet tempur F-16 di hanggar di Pangkalan Udara Militer Eindhoven di Eindhoven pada 20 Agustus 2023. 

Ukraina menjadi negara yang dipilih untuk proyek ini. Revolusi 2014 yang meruntuhkan pemerintahan Viktor Yanukovich, mulai mempermulus rencana itu.

Rezim Kiev menjadi pro-Eropa dan NATO, dan menindas perlawanan rakyat Donbass yang cenderung memilih Federasi Rusia.

Volodymir Zelensky dan rezimnya yang banyak disokong kekuatan ultranasionalis dan neo-Nazi, membombardir Donetsk dan Lugansk, mengabaikan Kesepakatan Minsk.

Fase baru konflik terjadi 24 Februari 2022 ketika Vladimir Putin memutuskan operasi militer khusus dengan mengirim balatentaranya masuk Ukraina.

Putin ingin mencegah proyek NATO menguasai Ukraina, dan ia menyusun rencans strategis membangun perimeter di Donbass guna menjauhkan wilayah Rusia dari jangkauan pasukan NATO.

Itulah yang terjadi hari ini. Tekad besar Rusia itu menjadikan perang yang dilancarkan NATO dengan proksi Ukraina menjadi sangat berdarah-darah.

Uni Eropa yang sejak awal menyokong Kiev, menghujani Rusia serangkaian sanksi ekonomi yang semula dianggap akan menghancurkan Moskow.

BERITA REKOMENDASI

Kenyataannya, sanksi-sanksi sepihak ke Rusia itu berbalik menghantam ekonomi Eropa, memberi keuntungan besar bagi Amerika.

Kerugian itu mencemaskan sejumlah pemimpin Eropa, seperti Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Keduanya yang semula ikut agresif mendukung perang Ukraina, belakangan mulai ragu dan mendesak penyelesaikan masalah lewat meja perundingan.

Pasukan Ukraina berusaha menghalau militer Rusia di Toretsk
Pasukan Ukraina berusaha menghalau militer Rusia di Toretsk (Ukrinform/Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)

Olaf Scholz adalah pemimpin pemerintahan Jerman yang membuat keputusan bertentangan dengan keinginan mayoritas rakyat Jerman.

Rakyat Jerman umumnya puas atas kemakmuran dan kekuatan ekonominya yang ditopang minyak dan gas murah dari Rusia.

Perang Ukraina membuat minyak dan gas murah tidak lagi bisa didapatkan. Industri Jerman mulai merosot dan dampak ikutannya sangat signifikan.

Sementara Prancis mengungkapkan Eropa kini hanya menjalankan agenda Amerika. Eropa menurut Macron tidak lagi memiliki kemandirian dan kedaulatan.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas