Menurut Nur Iswan, Jubir Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), konsep ini singkat, sederhana tetapi sarat makna. Pasar “AMIN” adalah bentuk harapan dan cita-cita yang ingin dicapai.
“Merupakan kependekan dari Alhamdulillah-laris (dagangannya), Modalnya gampang (akses kredit), Irit biayanya (bunga rendah sehingga harga-harga kebutuhan pokok jadi murah atau kompetitif) dan Nyaman (bersih, tertib, tidak bau, tidak becek dan enak berbelanja),” ujarnya.
Kenapa konsep ini penting? Nur Iswan melanjutkan, Anies ingin menyentuh hal mendasar yang harus ditata-kembali dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi masyarakat kita.
“Pasar adalah tempat dimana rakyat sebagai pembeli dan penjual senyatanya bertemu. Mas Anies-Cak Imin tak sekedar memaknai pasar untuk transaksi ekonomi, tapi juga diperluas sebagai ruang publik dan interaksi sosial” katanya.
Negara dan Pemerintah, kata Nur Iswan, harus memiliki political will melalui kewenangannya untuk menjaga kehadiran Pasar Tradisional sekaligus memprioritaskan revitalisasi Pasar Tradisional ini.
Baca juga: VIDEO WAWANCARA EKSKLUSIF Cerita Putra Anies Baswedan Blusukan Temui Warga
“Pasar tradisional jangan sampai hilang. Ada kurang lebih 14.182 pasar tradisional di Indonesia. Lebih dari 12 juta pedagang UMKM bertumpu nafkah-hidupnya disini. Jutaan keluarga juga membeli dan memenuhi kebutuhan pokoknya di Pasar Tradisional. Saatnya dimulai memberikan perhatian lebih ke Pasar Tradisional,” lanjut Jubir yang berlatar belakang profesional-korporasi ini.
Dengan digaungkannya konsep tersebut, Nur Iswan menegaskan kembali bahwa Paslon nomor 1 bertekad kuat untuk mengubah dan mentransformasi wajah Pasar Tradisional secara bertahap sesuai dengan situasi dan kebutuhan per wilayah.
Harapannya, dari pasar yang tadinya kumuh, becek, bau, gelap, sempit, sumpek, tidak aman dan sulit parkir diupayakan menjadi pasar yang nyaman karena bersih, tertib, cahaya penerangan dan sirkulasi udara yng cukup, lorong pembeli luas, parkir yang memadai dan tentu saja aman.